Samarinda (ANTARA Kaltim) - Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur membentuk tim yang terdiri dari 28 orang dari lintas bidang untuk memantau kualitas hewan dan daging kurban  di wilayah Kota Samarinda agar hewan yang dipotong bebas dari ancaman penyakit "anthrax" dan cacing hati.

Ketua Tim Pengawas Hewan dan Daging Kurban Disnak Kaltim, Drh Edith Hendartie, didamping Drh Resno Dwi Murni, koordinator tim wilayah Samarinda Seberang, di Samarinda, Rabu, mengatakan tim pemantau akan menunaikan tugas di empat wilayah kerja.

Wilayah kerja pertama yaitu Samarinda Ilir terdiri dari 7 anggota dipimpin Koordinator  Tim Drh Edith Hendartie, tim kedua untuk wilayah Samarinda Utara, terdiri dari 7 anggota dipimpin Koordinator Ir H KE Waspodo.

Tim ketiga untuk wilayah Samarinda Seberang terdiri dari 7 anggota dipimpin Drh Resno Dwi Murni serta tim keempat untuk wilayah Samarinda Ulu terdiri 8 anggota dipimpin Drh Sri Winarni.

Ia mengatakan tim bekerja mengunakan dua metode, pertama berupa pengambilan sampel darah dan kotoran (fases) sapi, kerbau, kambing dan domba, untuk kemudian dilakukan analisa.

Lama waktu kerja proses metode pertama perngambilan sampel darah dan fases dilakukan  tiga hari sebelum  Hari Raya Idul Adha, dengan sasaran para pedagang hewan sapi dan ternak yang berjualan di pinggir jalan.

Sementara metode kedua yakni pengambilan sampel setelah pemotongan, satu hari setelah  Hari Raya Idul Adha, pengambilan sampel dilakukan "door to door" ke rumah ibadah yang melakukan pemotongan hewan.

"Sapi dan kambing yang dipotong tersebut langsung dicek di tempat, tim ikut membantu  melihat hati sapi dan kambing, ada hati terkena penyakit cacing diminta untuk segera dibuang," tegas Edith.

Edieth meminta untuk pencegahan preventif, para pembeli, perlu memahami tanda tanda  hewan sehat di antaranya, tidak cacat misalnya pincang, buta mengalami kerusakan telinga, lalu cukup umur.

Dia menuturkan untuk masuk golongan cukup umur, kambing/domba berumur di atas satu tahun, sementara sapi/kerbau berumur di atas dua tahun ditandai tumbuhnya sepasang gigi tetap.

Berikutnya hewan tidak kurus serta bagi jenis jantan, buah zakar masih lengkap (tidak dikebiri) dan bentuknya simetris.

Ia menegaskan adanya keterkaitan erat antara pemilihan hewan sehat, dengan hasil mutu daging dari pemotongan hewan kurban.

"Kalau bagus dari awal tentu daging hasil pemotongan mendekati sehat," katanya. (*)

Pewarta: Supriyadi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013