Di Kalimantan Timur, hingga pekan ketiga Maret ini Pertamina sudah menyalurkan 47.000 kilo liter (KL) atau hampir seperempat dari jatah solar subsidi tahun 2022 sebanyak 205.382 KL.


"Sesuai dengan kuota yang ditentukan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas)," kata Humas Pertamina Patra Niaga Kalimantan Susanto Satria, Rabu.

Solar sejumlah itu dijatah sebanyak 60-75 kiloliter (KL) solar per hari di Balikpapan.

Di Kota Minyak, solar dijual  antara lain melalui  Stasiun Pengisian  Bahan Bakar (SPBU) Km 9 dan Km 15 Jalan Soekarno-Hatta.  

Solar subsidi ada di kedua SPBU tersebut, jelas Satria, karena Pertamina fokus pelayanan di jalur logistik serta jalur-jalur yang memang penggunanya adalah yang berhak menggunakan solar subsidi.

Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Balikpapan, sampai akhir tahun lalu, diperhitungkan anggotanya mendapat dari 18-24 KL per hari dari Km 9 dan 24-32 KL per hari di Km 15.  Harga per liter Rp5.150.

Satria menegaskan Pertamina menjamin dan memastikan SPBU selalu tersedia bahan bakar bagi masyarakat.

Di sisi lain, dalam sebulan terakhir sopir-sopir truk mengeluhkan waktu antre yang dibutuhkan hanya untuk mendapatkan solar subsidi.

"Sekarang sudah 2 hari 2 malam antre baru bisa dapat solar. Padahal sebelumnya cukup 2-3 jam," kata Dalle, sopir truk yang sedang mengantre di SPBU Km 15. 

Sudah demikian, setiap truk hanya dibolehkan membeli paling banyak  Rp500 ribu. 

"Padahal biaya kita antre saja bisa sampai Rp200 ribu," kata Dalle. Uang tersebut untuk makan dan rokok, serta kopi dan air minum.

Di SPBU  Km 15 ini biasa terlihat mengular antrean truk-pickup atau bus hingga ratusan meter dari depan dispenser penuang minyak.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022