Balikpapan (ANTARA Kaltim) - PT PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara meminta maaf kepada masyarakat atas terjadinya pemadaman total (blackout) di Balikpapan, Tenggarong, dan Samarinda, sejak Sabtu (15/6) hingga Selasa malam (18/6).

"Kami minta maaf, ini bukan pemadaman yang direncanakan," kata General Manager PT PLN Wilayah Kalimantan Timur Nyoman S Astawa di Balikpapan, Selasa (18/6).

Ketiga kota tersebut dilayani jaringan distribusi listrik yang disebut PLN Sistem Mahakam.

Astawa menjelaskan pemadaman yang terjadi pada Sabtu (15/6) karena sebuah trafo di Gardu Induk Embalut, Tenggarong Seberang, meledak.

Trafo itu, yang memiliki kemampuan menyangga beban hingga 150.000 volt (150 kVa) diyakini mengalami deformasi material, yang kemudian menyebabkan arus pendek (korsletting).

"Ledakan itu sedemikian kuatnya sampai belitan primer di trafo tersebut patah," jelas Astawa sambil memperlihatkan gambar dari alat yang rusak tersebut.

Deformasi material adalah istilah untuk penurunan kondisi dan kualitas barang.

Ledakan di Embalut itu segera membuat pembangkit-pembangkit listrik yang menyalurkan setrum melalui gardu itu segera menarik diri agar tak terkena dampaknya.

Untuk keamanan, PLTU Tanjung Batu, Menamas, PLTU Senoni, PLTD Loa Raya, pembangkit Kaltimex, dan KTM menghentikan pembangkitan listrik untuk sementara sambil menunggu PLN memperbaiki trafo yang rusak.

Kecuali kemudian PLTU Senoni yang masih tetap bisa menyalurkan listrik untuk Kotabangun dan sebagian daerah di sebelah baratnya.

PLN segera melakukan perbaikan sampai Selasa siang. Perbaikan sempat terhenti karena hujan dan angin.

"Pukul 12.03 listrik sudah mengalir kembali untuk sebagian besar Balikpapan, Samarinda, dan Tenggarong," sebut Astawa.

Pemadaman ini menimpa tidak kurang dari 400.000 pelanggan PLN di ketiga kota.

Sampai Selasa malam (18/6) pukul 21.00 Wita masih ada sejumlah komplek perumahan di Balikpapan yang belum teraliri listrik.

Sistem Mahakam meminta daya listrik hingga 266,37 Mega Watt. Bila seluruh pembangkit yang ada berfungsi, Sistem Mahakam memiliki daya hingga 300 MW lebih.

Menurut Astawa, Sistem Mahakam didominasi oleh pembangkit berkapasitas kecil yang dipasang pada daya 20 kV. Daya ini disebutkan rentan gangguan, kemudian karena system pembangkit dan transmisi berada pada system 150 kV, perlu waktu untuk menaikkan pengaturan tegangan dan frekuensi pembebanan.

PLTU sendiri, seperti di Tanjung Batu, memerlukan sedikitnya 8 jam dari mulai dihidupkan untuk membangkitkan listrik kembali.

"PLTU kan perlu waktu untuk mendidihkan air dan mendapatkan tekanan uap untuk memutar turbin," demikian Nyoman Astawa. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013