Kota Bangun (ANTARA Kaltim) - Warga Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, menyadari betapa pentingnya keberadaan 'Orcaella Brevirostris)' atau Pesut Mahakam bagi kehidupan mereka.

Kepala Desa Sangkuliman Saldian, mengatakan, sebelumnya warga desa acuh terhadap keberadaan pesut, karena dianggap tidak berpengaruh apa-apa.

Bahkan dulu, menurutnya beberapa warga sempat menjadi pemburu pesut guna memenuhi permintaan untuk mengisi akuarium raksasa di Jakarta.

"Dulu, termasuk saya sendiri ikut menangkap pesut. Kala itu disuruh orang yang katanya untuk mengisi akuarium besar di Jakarta," terang pria paruh baya yang lebih akrab disapa Alol.

Warga Sangkuliman yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan kata Alol, sebelumnya lebih menghargai jaring sebagai alat penangkap ikan.

Sehingga, jika pesut tersangkut dijaring, nelayan memilih lebih dulu menyelamatkan alat tangkap mereka ketimbang pesut.

Puncaknya pada 2004, ketika ada perintah menangkap pesut untuk kolam yang berada di Pulau Kumala. Namun penangkapan pesut kala itu urung dilakukan, karena Alol dan kawan-kawan sudah mengetahui larangan tentang menangkap pesut.

Pengetahuan tersebut didapatkannya dari aktivis lingkungan hidup sekaligus peneliti, Budiono (asal Samarinda) dan Danielle Kreb (asal Belanda) dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK RASI).

Duet Budiono dan Danielle yang memberikan pengetahuan tentang pesut terhadap masyarakat itulah membuat warga sedikit demi sedikit mencintai pesut.

"Sejak saat itu, jika ada pesut tersangkut dijaring, kami rela memotong alat tangkap kami untuk menyelamatkan pesut," katanya.

Demi kelestarian pesut serta flora dan fauna di Sungai Mahakam, warga Desa Sangkuliman tak lagi membuang sampah non organik ke sungai serta mengurangi penangkapan ikan dengan jaring.

Bahkan, warga yang biasanya mengandalkan hasil perikanan tangkap, kini beralih dengan usaha perikanan budidaya menggunakan karamba.

Hanya saja menurut Alol, masyarakat masih kesulitan mendapatkan bibit ikan untuk dibesarkan di karamba.

Untuk itu ia berharap, pemerintah daerah membuat sentra pembibitan ikan dan membuat pabrik pakan ikan.

"Harga jual ikan hasil karamba kami bagus, tapi kami kesulitan dapatkan bibit, makanya kami harap ada pembibitan ikan disini," harapnya.

Dengan tak lagi membuang sampah plastik ke sungai dan memelihara ikan dalam karamba, pesut saat ini kerap terlihat di sekitar perairan Sangkuliman. Karena banyak ikan-ikan kecil yang ikut makan di sekitar karamba, sehingga pesut mendatangi kumpulan ikan kecil di sekitar karamba untuk dijadikan makanan.

"Hampir tiap hari, terlebih saat malam pesut sering terlihat disekitar sini," ujarnya.

Dengan sering terlihatnya pesut di perairan Sangkuliman menurut Alol, desa mereka kerap didatangi pengunjung baik wisatawan maupun peneliti.

Kini beberapa warga menjadikan rumah mereka sebagai 'home stay' untuk pengunjung.

"Apalagi, ada rencana sekitar desa kami sebagai wilayah ekowisata pesut, saya menyambut baik hal ini, karena ekonomi kreatif warga bisa tumbuh seiring berkembangnya ekowisata tersebut. Jadi dengan adanya pesut disini, bisa membawa keuntungan bagi kami," katanya.

Saat ini, status Pesut Mahakam yang kini jumlahnya diperkirakan tinggal 92 ekor itu dilindungi oleh Pemerintah dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 1990.

Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang merupakan sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam, status Pesut Mahakam sangat terancam punah.

Sedangkan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam, Pesut Mahakam termasuk dalam golongan Apendiks I.

Berarti, pesut terdaftar dalam seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional, ataupun dilarang dipelihara dalam penangkarangan, artinya tidak boleh ditangkap.

Bahkan menurut YK RASI disinyalir seluruh Pesut Mahakam, kini hanya ada di perairan Kukar yakni mulai Perairan Kota Bangun hingga Muara Kaman. (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013