Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser dr Ahmad Hadiwijaya minta kepada orang tua  untuk waspadai penyakit yang rentan menyerang anak-anak diantaranya diare dan radang paru-paru (pneumonia).
 

"Saat ini diare dan radang paru-paru rentan terjadi pada anak, sehingga perlu menjadi perhatian para orang tua," kata dr. Ahmad Hadiwijaya, Sp.A, M.Kes yang juga dokter spesialis anak pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya Kabupaten Paser, Rabu (23/2/2022).

Merujuk pada pasien anak di RSUD Panglima Sebaya pada Februari 2022, kata Hadiwijaya, kedua jenis penyakit tersebut paling banyak dialami pasien anak.

"Hal itu terlihat dari keterisian ruang perawatan anak sampai 80 persen, yang kebanyakan menderita diare dan radang paru-paru," katanya.

Ia menjelaskan gejala diare adalah muntah-muntah dan buang air besar lebih dari tiga kali. Sementara penyakit  pneumonia gejalanya batuk, pilek, demam, dan sesak nafas.

Hadiwijaya menuturkan untuk mencegah kedua penyakit itu, orang tua harus menjaga pola hidup bersih dan memerhatikan gizi seimbang anak.

"Pastikan kebersihan lingkungan tempat anak tinggal, dan hindari dari paparan asap rokok," jelas Hadiwijaya.

Menurutnya, meski saat ini pandemi COVID-19 yang menyita perhatian masyarakat, namun kedua penyakit tersebut tetap menjadi perhatian orang tua. Selain itu juga, anak sejak dini harus dibekali dengan imunisasi.

Dikemukakannya di awal pandemi COVID-19 keikutsertaan anak mengikuti imunisasi secara nasional hanya 60 -70 persen, padahal idealnya 80- 00 persen anak harus mengikuti imunisasi.

Hadiwijaya menyebutkan imunisasi  yang wajib diberikan kepada anak yaitu Imunisasi BCG untuk melindungi anak dari penyakit tuberkulosis (TB), diberikan satu kali saja saat bayi berusia 2 atau 3 bulan.

Kemudian imunisasi campak, untuk mencegah penyakit campak berat, yang memicu pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis).  Imunisasi campak diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat berusia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.

Selanjutnya imunisasi DPT-HB-HiB, adalah vaksin kombinasi yang mampu mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Imunisasi ini diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18 bulan.

Selanjutnya imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B, yang dapat berujung pada sirosis dan kanker hati. Imunisasi diberikan kepada bayi sebanyak 4 kali, yaitu sesaat  atau setelah persalinan, pada anak usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.

Terakhir adalah imunisasi Polio, yang diberikan sebanyak 4 kali, yaitu sejak lahir atau paling lambat saat berusia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.

Hadiwijaya mengungkapkan, di awal pandemi COVID-19 pemberian imunisasi sempat ditunda sehingga memunculkan kekhawatiran adanya penyakit, yang seharusnya bisa dicegah melalui imunisasi.

"Para orang tua harus tetap memperhatikan tumbuh kembang anak. Gizi buruk atau stunting terus mengintai tumbuh kembang anak. Oleh karena itu para orang tua diharap tidak lalai memperhatikan pertumbuhan anaknya," imbaunya.

Selain itu juga orang tua menjaga anaknya jangan sampai terpapar COVID-19, pastikan selalu menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker adalah hal yang paling sulit dilakukan anak. Tapi hal itu penting dilakukan.

Hadiwijaya menyebutkan dari total kasus COVID-19 di Indonesia, 13 persen diantaranya terjadi pada anak. Angka vatalitasnya anak sekitar 1-3 persen. Paling tinggi se-Asia, yang rata-rata di bawah 1 persen.

"Saat ini sudah ada vaksinasi anak usia 6-11 tahun, para orang tua tidak perlu khawatir anaknya divaksin sebab vaksin dipastikan aman dan halal," ujarnya.

 

Pewarta: R. Wartono

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022