Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Sngai Mahakam di Kota Samarinda hingga Tenggarong, pasti pernah mendengar tentang Pesut.

Namun, belum tentu semua orang pernah melihat langsung hewan yang dijadikan maskot Provinsi Kaltim ini berenang bebas di sungai terbesar dan terpanjang di Kaltim itu.

Apalagi saat ini, sangat sulit menjumpai pesut di perairan Sungai Mahakam di sekitar Tenggarong hingga Samarinda. Kecuali sebelum 2000, pesut masih kerap terlihat sehingga banyak anak-anak dan generasi sekarang yang belum pernah melihat hewan langka tersebut.

Untuk itu, berikut pengenalan singkat tentang pesut mahakam  (Orcaella Brevirostris). Peneliti asal Belanda Danielle Kreb dari Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) mengatakan Irrwadi Dolphin atau pesut merupakan mamalia yang menyusui anaknya, jadi meski
di air hewan ini bukan ikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan RASI, panjang tubuh pesut dewasa bisa mencapai 2,7 meter dengan berat maksimal 150 kilogram, dimana jantan lebih besar daripada betina. Bayi pesut yang baru lahir memiliki panjang 9 sentimeter hingga satu meter dengan berat 10-12 kilogram.

Mamalia mahakam ini memiliki masa hamil 8 hingga 14 bulan dan melahirkan anak dalam kurun 1 sampai 3 tahun sekali. Setelah melahirkan, biasanya pesut menyusui anaknya selama 1 hingga 2 tahun.

Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.

Pesut sering berenang dengan kecepatan lima kilometer per jam dan mampu berenang cepat hingga 20 kilometer per jam.

Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang berukuran kecil.

Mulutnya lebar melintang di bagian moncong yang tak berparuh seperti lumba-lumba, diatas kepalanya terdapat lubang pernafasan atau lubang sembur.

Menurut Danielle, pesut juga bisa menyemburkan air dari mulut untuk membingungkan ikan yang menjadi mangsanya, juga dilakukan pejantan untuk menarik perhatian betina.

Pesut bernafas dengan mengambil udara di permukaan air. Menurut Danielle pesut biasanya bergerak dalam kawanan kecil karena sifatnya sosial dan termasuk hewan pintar.

"Biasanya kawanan pesut berjumlah 3-10 ekor, terkadang bisa ditemui hingga 20 ekor saat musim kawin," ujar Danielle yang fasih berbahasa Indonesia ditemui di lokasi pemantauan pesut Desa Sangkuliman Kecamatan Kota Bangun.

Walaupun pandangannya buruk dan hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut memiliki kemampuan mendeteksi ikan yang menjadi makanannya dan menghindari rintangan dengan menggunakan gelombang ultrasonik atau memiliki sistem Sonar (sound navigation and ranging).

Menurut Danielle, pesut juga terkadang membantu para nelayan yakni dengan membantu menggiring ikan ke jaring.

Dijelaskannya, status Pesut Mahakam kini jumlahnya tak sampai 100 ekor itu dilindungi oleh Pemerintah berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1990.

International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang merupakan sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam mentetapkan status Pesut Mahakam sangat terancam punah.

Sedangkan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam, Pesut Mahakam termasuk dalam golongan Apendiks I.

"Artinya, pesut terdaftar dalam seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional, ataupun dilarang dipelihara dalam penangkarangan, artinya tidak boleh ditangkap," paparnya.

Untungnya saat ini pesut mahakam jika beruntung, masih bisa terlihat mulai perairan Desa Pela Kecamatan Kota Bangun, hingga desa Sedulang Kecamatan Muara Kaman.

"Maka kita semua termasuk masyarakat, pemerintah, swasta dan siapa saja yang terkait dengan Mahakam saya harap mendukung pelestarian pesut dengan tidak berbuat sesuatu yang dapat merusak sungai Mahakam," demikian harapnya. (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013