Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Samarinda Deni Hakim Anwar menegaskan pemerintah perlu memperketat skrining  atau pemeriksaan kesehatan serta meningkatan pengawasan dan keamanan di setiap tempat vaksin guna menghindari adanya joki vaksin COVID-19.
 

"Selama ini hanya dianjurkan dua kali dan rencana tiga kali untuk booster. Sedangkan untuk lebih dari itu kan belum ada uji klinisnya," kata Deni saat dihubungi di Samarinda, Sabtu.

Ia mengemukakan sebelumnya diketahui adanya joki vaksin di Sulawesi Selatan yang mengaku telah disuntik vaksin hingga belasan kali.

"Kalau benar dia divaksin 16 kali pasti secara medis ada efeknya. Efeknya pun akan dilihat berdasarkan kekuatan anti bodi dalam tubuhnya," tuturnya.

Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut untuk mencegah munculnya joki vaksin di Samarinda mengingat antibodi setiap orang berbeda beda.

"Guna mencegah adanya joki  diimbau pelaku vaksinasi di skrining secara benar. Harus yang bersangkutan sesuai nama dan NIK yang terdaftar yang boleh divaksin," tegasnya.

Meski demikian diakuinya skrining di Kota Samarinda selama ini sudah berjalan bagus dan tidak ditemukan adanya joki vaksin.

"Mudah-mudahan kita di Kaltim atau di Samarinda khususnya tidak ada kasus seperti  ini," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Ismid Kusasih menegaskan untuk menghindari joki vaksin adalah dengan mencocokkan antara yang ingin divaksin dengan data yang terdaftar untuk melakukan vaksinasi.

"Masyarakat mestinya tau bahwa vaksin itu adalah untuk kekebalan dirinya. Jadi jangan sampai melakukan hal-hal seperti itu karena rugi bagi dirinya dan juga membahayakan joki vaksin itu sendiri," ucapnya.

Pewarta: R'Sya R

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021