Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebelumnya memperjuangkan salah satu tokoh wilayah setempat yakni Abdoel Moeis Hasan sebagai pahlawan nasional, setelah Sultan Kutai Aji Muhammad Idris dinobatkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Pahlawan Nasional sejak 2021, tepat pada Hari Pahlawan tahun ini.
"Sesuai informasi dan data yang disampaikan Dinas Sosial Kaltim, Abdoel Moeis Hasan berhak mendapat gelar pahlawan. Namun demikian, saya tetap akan membaca terlebih dahulu riwayat dan data dari Abdoel Moeis Hasan," kata Wagub Kaltim Hadi Mulyadi di Samarinda, Kamis.
Menurut Hadi, jika berbicara pahlawan, maka ada ratusan pahlawan yang telah berjuang di Benua Etam Kaltim. Hanya saja, secara administrasi yang diusulkan itu adalah kategori nasional.
Termasuk adanya pendataan, inventarisasi serta dokumentasi. Sehingga baru saat ini bisa terwujud, di Kaltim Sultan Aji Muhammad Idris menjadi Pahlawan Nasional.
"Tahun depan rencana diusulkan Abdoel Moeis Hasan. Hanya saja, menurut saya terpenting adalah untuk anak muda bisa memiliki sifat-sifat kepahlawanan. Mulai, berani, berani, berani berkorban dan memberikan manfaat kepada negara," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) telah mengusulkan mantan Gubernur Kalimantan Timur periode 1962-1966, Abdoel Moeis Hasan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Koordinator Lasaloka-KSB Muhammad Sarip menjelaskan bahwa menawarkan lima jenis dokumen untuk melengkapi persyaratan administrasi calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan kepada Dinas Sosial, Samarinda.
Menurut Sarip, dokumen itu adalah Daftar Riwayat Hidup dan Perjuangan Abdoel Moeis Hassan. Karya tulis ilmiah berformat karya akademik berjudul "Abdoel Moeis Hassan Pejuang Republiken" dan "Pelopor Pembaharuan di Kaltim sebuah Biografi".
Beberapa pendapat tokoh masyarakat tentang Abdoel Moeis Hassan, Foto dokumentasi perjuangan Abdoel Moeis Hassan, dan foto Abdoel Moeis Hassan ukuran 5R.
"Berkas penawaran kami memang belum bisa diungkapkan kepada pemerintah pusat karena masih ada dokumen lagi yang harus dilengkapi, yaitu seminar risalah," tegas Sarip.
Dalam waktu dekat akan segera melaksanakan seminar tingkat provinsi atau nasional yang melibatkan sejarawan, cendekiawan, dan orang-orang berkompeten tingkat nasional.
"Ini diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional," jelasnya.
Sarip menjelaskan, banyak orang tidak mengetahui perjuangan Abdoel Moeis memimpin kaum pembela Republik Indonesia (Republiken) di Samarinda.
Ia membeberkan, pada masa Revolusi Kemerdekaan, Abdoel Moeis mampu mengintegrasikan Kaltim ke dalam NKRI 1950, dan memperjuangkan berdirinya Provinsi Kaltim.
"Jadi sangat layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tapi, ironisnya, sebagian masyarakat dan birokrat lokal malah tidak mengetahui eksistensi tokoh ini," terangnya.
Menurut Sarip banyak orang keliru dengan nama Rumah Sakit IA Moeis, yang dianggapnya merupakan Gubernur Kaltim, padahal ada dua tokoh yang bernama Moeis itu berbeda orangnya.
Adapun IA singkatan dari Inche Abdoel, tidak pernah menjadi Gubernur Kaltim.
"Justru, Abdoel Moeis Hassan sang pejuang yang terabaikan. Banyak yang tidak tahu di mana ia dimakamkan. Pahlawan sejati memang tak ingin dikenal. Akan tetapi, generasi kemudianlah yang sadar diri membalas jasa dan perjuangan pahlawan," beber dia.
Taufik Sirad Judin Moeis (71) anak ketiga dari Abdoel Moeis Hassan menceritakan sosok ayah yang sederhana dan pekerja keras, serta saat berusia 16 tahun sudah menjadi pimpinan organisasi.
"Bapak (Abdoel Moeis Hassan) itu sangat luar biasa. Banyak pelajaran yang kami petik dari dia," katanya.
Saat jadi gubernur, Taufik masih di SMP kelas III namun ingat betul dengan sosok ayah. "Orangnya rendah hati," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Sesuai informasi dan data yang disampaikan Dinas Sosial Kaltim, Abdoel Moeis Hasan berhak mendapat gelar pahlawan. Namun demikian, saya tetap akan membaca terlebih dahulu riwayat dan data dari Abdoel Moeis Hasan," kata Wagub Kaltim Hadi Mulyadi di Samarinda, Kamis.
Menurut Hadi, jika berbicara pahlawan, maka ada ratusan pahlawan yang telah berjuang di Benua Etam Kaltim. Hanya saja, secara administrasi yang diusulkan itu adalah kategori nasional.
Termasuk adanya pendataan, inventarisasi serta dokumentasi. Sehingga baru saat ini bisa terwujud, di Kaltim Sultan Aji Muhammad Idris menjadi Pahlawan Nasional.
"Tahun depan rencana diusulkan Abdoel Moeis Hasan. Hanya saja, menurut saya terpenting adalah untuk anak muda bisa memiliki sifat-sifat kepahlawanan. Mulai, berani, berani, berani berkorban dan memberikan manfaat kepada negara," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) telah mengusulkan mantan Gubernur Kalimantan Timur periode 1962-1966, Abdoel Moeis Hasan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Koordinator Lasaloka-KSB Muhammad Sarip menjelaskan bahwa menawarkan lima jenis dokumen untuk melengkapi persyaratan administrasi calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan kepada Dinas Sosial, Samarinda.
Menurut Sarip, dokumen itu adalah Daftar Riwayat Hidup dan Perjuangan Abdoel Moeis Hassan. Karya tulis ilmiah berformat karya akademik berjudul "Abdoel Moeis Hassan Pejuang Republiken" dan "Pelopor Pembaharuan di Kaltim sebuah Biografi".
Beberapa pendapat tokoh masyarakat tentang Abdoel Moeis Hassan, Foto dokumentasi perjuangan Abdoel Moeis Hassan, dan foto Abdoel Moeis Hassan ukuran 5R.
"Berkas penawaran kami memang belum bisa diungkapkan kepada pemerintah pusat karena masih ada dokumen lagi yang harus dilengkapi, yaitu seminar risalah," tegas Sarip.
Dalam waktu dekat akan segera melaksanakan seminar tingkat provinsi atau nasional yang melibatkan sejarawan, cendekiawan, dan orang-orang berkompeten tingkat nasional.
"Ini diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional," jelasnya.
Sarip menjelaskan, banyak orang tidak mengetahui perjuangan Abdoel Moeis memimpin kaum pembela Republik Indonesia (Republiken) di Samarinda.
Ia membeberkan, pada masa Revolusi Kemerdekaan, Abdoel Moeis mampu mengintegrasikan Kaltim ke dalam NKRI 1950, dan memperjuangkan berdirinya Provinsi Kaltim.
"Jadi sangat layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tapi, ironisnya, sebagian masyarakat dan birokrat lokal malah tidak mengetahui eksistensi tokoh ini," terangnya.
Menurut Sarip banyak orang keliru dengan nama Rumah Sakit IA Moeis, yang dianggapnya merupakan Gubernur Kaltim, padahal ada dua tokoh yang bernama Moeis itu berbeda orangnya.
Adapun IA singkatan dari Inche Abdoel, tidak pernah menjadi Gubernur Kaltim.
"Justru, Abdoel Moeis Hassan sang pejuang yang terabaikan. Banyak yang tidak tahu di mana ia dimakamkan. Pahlawan sejati memang tak ingin dikenal. Akan tetapi, generasi kemudianlah yang sadar diri membalas jasa dan perjuangan pahlawan," beber dia.
Taufik Sirad Judin Moeis (71) anak ketiga dari Abdoel Moeis Hassan menceritakan sosok ayah yang sederhana dan pekerja keras, serta saat berusia 16 tahun sudah menjadi pimpinan organisasi.
"Bapak (Abdoel Moeis Hassan) itu sangat luar biasa. Banyak pelajaran yang kami petik dari dia," katanya.
Saat jadi gubernur, Taufik masih di SMP kelas III namun ingat betul dengan sosok ayah. "Orangnya rendah hati," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021