Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Headley Michael Adrian (Mick), crosser Australia yang tewas dalam touring trail ekstrem "Balikpapan 2 Days Enduro", Sabtu-Minggu (16-17/2), diduga tidak makan siang saat rombongan beristirahat di Plaza Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Bangkirai.
"Saya lihat Mick hanya minum bir sambil tersenyum pada kami," tutur Johny Soselisa (53), penunggang trail senior dari Balikpapan Trail Adventure Club(BTAC), Rabu (20/2).
Setelah memulai touring dari tempat start di halaman Dome di Jalan Ruhui Rahayu, rombongan masuk trek offroad di jalan tanah di depan Markas Polda Kaltim di Jalan Sjarifuddin Joes dan tiba di Waduk Manggar.
Setelah itu, keluar ke Jalan Soekarno-Hatta di Km 12, on road ke utara hingga Km 26, dan masuk jalan offroad lagi hingga Bukit Bangkirai, tempat wisata yang terkenal dengan Jembatan Tajuk (Canopy Bridge) itu.
"Selain Mick, ada 7 ekspatriat lain. Ada Russel, ada Scott. Kami rombongan pertama tiba sekitar pukul 13.30-14.00 Wita. Istirahat sekitar satu jam, baru melanjutkan lagi pukul 15.00 Wita," tutur Denny Warrouw, pemimpin rombongan dan penunjuk jalan.
Di Bukit Bangkirai itu panitia menyediakan logistik berupa nasi bungkus dan air minum. Juga tersedia bahan bakar minyak untuk motor trail.
Menurut Johny, ada kemungkinan Mick tak berselera makan, selain capek, juga karena barangkali menu tidak sesuai dengan seleranya.
"Tapi pengalaman saya dengan rekan-rekan ekspatriat, mereka yang tidak biasa makan seperti nasi bungkus akan membawa bekal sendiri, bisa roti, cokelat, buah seperti apel, apalah yang sesuai selera dia," ujarnya.
Dengan kondisi perut yang tidak terisi dengan baik itulah, tampaknya Mick kembali memacu motor trailnya, justru memasuki medan yang jauh lebih berat daripada sebelumnya.
"Panitia sudah mengingatkan bahwa antara Bukit Bangkirai hingga Km 62 Soekarno-Hatta yang ada hanya hutan dan padang alang-alang, paling juga kebun, tapi tidak ada orang lain selain peserta. Sebab itu semua diingatkan bahwa persedian air ditambah, bawa makanan yang juga sudah disediakan panitia," beber Johny.
Rombongan Denny Warrouw, berjumlah sekitar 20 orang, menjadi yang pertama tiba di Km 62. Mereka keluar ke jalan pukul 17.00 Wita.
"Saya pulang ke rumah ke Balikpapan. Bagi yang ingin menginap untuk rute selanjutnya panitia menyediakan camping ground di Km 55," cerita Denny.
Rencananya, pada hari kedua yaitu Minggu (17/2), dari tempat bermalam di Km 55 rute ke selatan on road sampai Km 24, lalu belok kiri memintas Samboja dan Salok Api dan tiba di Pantai Ambalat, dan kembali ke Balikpapan melalui sejumlah trek tanah.
Namun demikian, karena insiden tewasnya Mick, seluruh rute dibatalkan. Yang sudah mencapai Km 62 langsung pulang ke Balikpapan on road. Yang masih di Bukit Bangkirai keluar di Km 38.
Sementara itu, Rabu (20/2), setelah dibawa dari Balikpapan, jenazah Mick diotopsi di RS Polri di Kramat Jati, Jakarta.
Menurut Kombes Pol Anthonius Wisnu Sutirta, Kabag Humas Polda Kaltim, hasil otopsi itu akan memberi penjelasan lebih baik mengenai sebab-sebab meninggalnya Mick.
Hasil otopsi juga mengetahui banyak hal, termasuk juga makanan terakhir yang dimakan pria 34 tahun yang beristrikan wanita Indonesia bernama Adolfina Bura Rupa (28) dan punya seorang putra itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Saya lihat Mick hanya minum bir sambil tersenyum pada kami," tutur Johny Soselisa (53), penunggang trail senior dari Balikpapan Trail Adventure Club(BTAC), Rabu (20/2).
Setelah memulai touring dari tempat start di halaman Dome di Jalan Ruhui Rahayu, rombongan masuk trek offroad di jalan tanah di depan Markas Polda Kaltim di Jalan Sjarifuddin Joes dan tiba di Waduk Manggar.
Setelah itu, keluar ke Jalan Soekarno-Hatta di Km 12, on road ke utara hingga Km 26, dan masuk jalan offroad lagi hingga Bukit Bangkirai, tempat wisata yang terkenal dengan Jembatan Tajuk (Canopy Bridge) itu.
"Selain Mick, ada 7 ekspatriat lain. Ada Russel, ada Scott. Kami rombongan pertama tiba sekitar pukul 13.30-14.00 Wita. Istirahat sekitar satu jam, baru melanjutkan lagi pukul 15.00 Wita," tutur Denny Warrouw, pemimpin rombongan dan penunjuk jalan.
Di Bukit Bangkirai itu panitia menyediakan logistik berupa nasi bungkus dan air minum. Juga tersedia bahan bakar minyak untuk motor trail.
Menurut Johny, ada kemungkinan Mick tak berselera makan, selain capek, juga karena barangkali menu tidak sesuai dengan seleranya.
"Tapi pengalaman saya dengan rekan-rekan ekspatriat, mereka yang tidak biasa makan seperti nasi bungkus akan membawa bekal sendiri, bisa roti, cokelat, buah seperti apel, apalah yang sesuai selera dia," ujarnya.
Dengan kondisi perut yang tidak terisi dengan baik itulah, tampaknya Mick kembali memacu motor trailnya, justru memasuki medan yang jauh lebih berat daripada sebelumnya.
"Panitia sudah mengingatkan bahwa antara Bukit Bangkirai hingga Km 62 Soekarno-Hatta yang ada hanya hutan dan padang alang-alang, paling juga kebun, tapi tidak ada orang lain selain peserta. Sebab itu semua diingatkan bahwa persedian air ditambah, bawa makanan yang juga sudah disediakan panitia," beber Johny.
Rombongan Denny Warrouw, berjumlah sekitar 20 orang, menjadi yang pertama tiba di Km 62. Mereka keluar ke jalan pukul 17.00 Wita.
"Saya pulang ke rumah ke Balikpapan. Bagi yang ingin menginap untuk rute selanjutnya panitia menyediakan camping ground di Km 55," cerita Denny.
Rencananya, pada hari kedua yaitu Minggu (17/2), dari tempat bermalam di Km 55 rute ke selatan on road sampai Km 24, lalu belok kiri memintas Samboja dan Salok Api dan tiba di Pantai Ambalat, dan kembali ke Balikpapan melalui sejumlah trek tanah.
Namun demikian, karena insiden tewasnya Mick, seluruh rute dibatalkan. Yang sudah mencapai Km 62 langsung pulang ke Balikpapan on road. Yang masih di Bukit Bangkirai keluar di Km 38.
Sementara itu, Rabu (20/2), setelah dibawa dari Balikpapan, jenazah Mick diotopsi di RS Polri di Kramat Jati, Jakarta.
Menurut Kombes Pol Anthonius Wisnu Sutirta, Kabag Humas Polda Kaltim, hasil otopsi itu akan memberi penjelasan lebih baik mengenai sebab-sebab meninggalnya Mick.
Hasil otopsi juga mengetahui banyak hal, termasuk juga makanan terakhir yang dimakan pria 34 tahun yang beristrikan wanita Indonesia bernama Adolfina Bura Rupa (28) dan punya seorang putra itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013