Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kementerian Pendidikan bakal menerapkan kurikulum baru pada Juli 2013 atau masuk tahun pelajaran baru.
Tetapi banyak kalangan yang meragukan keberhasilannya karena pembekalan bagi guru belum dilakukan.
Anggota DPR RI Oelfah As Hermanto, saat kunjungan kerja Panitia Kerja (Panja) Kurikulum Komisi X ke Samarinda beberapa hari lalu, kemudian berdialog dengan Kepala Dinas Pendidikan Kaltim dan unsur terkait, setuju kurikulum diubah, tetapi penerapan untuk tahun ajaran baru 2013 masih meragukan.
Alasan keraguannya antara lain, waktu penerapannya tak sampai lima bulan ke depan, sedangkan hingga saat ini belum dilakukan pelatihan sekaligus pembekalan bagi jutaan guru di Indonesia yang akan mengajarkan Kurikulum 2013, yakni bagi guru kelas I, kelas IV, kelas VII, dan kelas X.
Alasan lainnya adalah, hingga kini DPR RI, bahkan Dinas Pendidikan di daerah belum menerima dokumen resmi atau naskah lengkap rencana Kurikulum 2013 dari Kemendikbud, baik dalam bentuk cetak maupun "soft file".
Hal inilah yang membuat keraguan tentang pelaksanaan kurikulum baru.
Apalagi dalam kurikulum 2013 juga disebutkan bahwa untuk tahap awal, kurikulum itu akan diujicobakan pada 30 persen.
Dia meminta agar dalam penerapan pendidikan tidak ada istilah coba-coba karena pendidikan merupakan hal vital.
Anggota Komisi X dan Panitia Kerja Kurikulum yang hadir dalam acara itu antara lain Utut Adianto, Asman Abnur, Rinto Subekti, Jefirstson Riwu Kore, Venna Melinda, Raihan Iskandar, Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio), Reni Marlinawati, Abdul Hamidhid, dan Herry Lontung Siregar.
Hampir semua anggota Komisi X yang hadir tersebut mempertanyakan pelaksanaan kurikulum yang ada dan sudah diterapkan sejak 2006, kemudian persiapan persiapan daerah menghadapi kurikulum baru, termasuk meminta informasi permasalahan pendidikan yang dihadapi Kaltim.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Suyanto menuturkan bahwa kurikulum baru tetap akan diterapkan pada Juli 2013, mekipun masih ada suara sumbang karena pembentukannya sudah melalui kajian panjang.
"Suara sumbang dan kurang respon memang masih ada, tetapi suara yang melakukan dukungan jauh lebih banyak, apalagi dalam pembuatan kurikulum baru ini berdasarkan kajian cukup lama," ujar Suyanto.
Kurikulum yang segera diterapkan pada tahun ajaran baru 2013 itu, keberadaannya tidak secara tiba-tiba, tetapi sudah dilakukan penelitian dan dipersiapkan pemerintah sejak 2010.
Dalam penelitian juga melibatkan para guru, sedangkan jumlah guru di Indonesia sekitar 2,9 juta orang sehingga tidak semua guru diajak meneliti, tetapi yang diajak kerjasama adalah sejumlah guru sebagai sampel, yakni mereka yang dapat mewakili suara guru.
Terkait dengan tetap dilanjutkannya penerapan kurikulum pada Juli 2013, pasalnya semua daerah yang dikunjunginya menyatakan siap menghadapi kurikulum baru, termasuk di Provinsi Kaltim yang menyatakan siap, bahkan telah memprogramkan beberapa pelatihan untuk guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan, perubahan sekaligus pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang, bahkan telah dikaji tim ahli. Kemudian disampaikan ke publik agar mendapat masukan untuk penyempurnaan.
Perubahan kurikulum, lanjut menteri, memang sudah saatnya dilakukan karena selama ini kurikulumnya tidak menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia (SDM), namun siswa lebih banyak disodori hafalan, bukan kompetensi dan sains yang sebenarnya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menteri juga mengaku kasihan kepada para siswa mulai SD hingga SMA dan yang sederajat jika kurikulum yang ada tetap dipertahankan, pasalnya kurikulum yang ada sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman yang lebih memanfaatkan teknologi dan mengutamakan keterampilan sebagai bekal hidup.
Kepala Dinas Pendidikan Kaltim H Musyahrim mengatakan jajaran Disdik Kaltim sudah mnyiapkan diri dan mendukung kebijakan pemerintah dalam perubahan kurikulum baru itu.
"Apabila Kemendikbud hanya mampu melakukan uji coba kurikulum baru kepada 30 persen sekolah, maka Disdik Kaltim akan menambahkan jumlah sekolah yang akan diuji coba," ucapnya.
Bahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan anggaran untuk penguatan tenega pendidik dan kependidikan, termasuk kelembagaannya dalam mendukung implementasi kurikulum baru, yakni persiapannya sudah dilakukan sejak 2012.
Dia juga telah merencanakan menggelar sosialisasi penerapan kurikulum baru kepada 500 orang yang tergabung dalam Tim Pengembangan Kurikulum baik dari Provinsi Kaltim maupun dari kabupaten dan kota. Sosialisasi akan digelar akhir Februari 2013 di Samarinda.
Setelah itu, kata Musyahrim, pada Maret 2013 akan digelar workshop Tim Pengembang Kurikulum untuk memantapkan persiapan implementasi kurikulum 2013.
Peserta yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini sekitar 250 sampai 300 orang.
Selanjutnya, mulai Juli 2013 akan dilakukan pelatihan pembelajaran, penyusunan lembar kerja siswa dan penggunaan "Information and Communication Technology" (ICT) dalam pembelajaran kepada guru-guru inti.
Hal lain yang akan dilakukan adalah pembimbingan teknis melalui Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tentang implementasi kurikulum 2013.
Susun silabus
Dia juga mengatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang diterapkan hingga saat ini, setiap guru harus menyusun silabus atau pengembangan kurikulum dan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP).
Kegiatan menyusun perangkat pembelajaran ini dirasakan memberatkan guru karena tugas pokok guru selain merencanakan pembelajaran (menyusun silabus dan RPP), juga melaksanakan pembelajaran, menilai pembelajaran, dan membimbing siswa.
Sementara dalam Kurikulum 2013 direncanakan guru tidak perlu menyusun silabus, pasalnya silabus akan disusun oleh Pusat Kurikulum.
Kurikulum 2013 tentu akan meringankan guru karena tidak perlu menyusun silabus sendiri. Ini berarti guru akan bisa merencanakan kegiatan pembalajaran dalam RPP menjadi lebih baik.
Dalam kurikulum 2013 juga ada pengurangan jumlah mata pelajaran, tetapi terdapat penamabahan jumlah jam belajar. Ini berarti kegiatan belajar siswa akan lebih banyak sehingga perlu dirancang bervariasi.
Terkait dengan itu, maka guru harus merancang lembar kerja siswa sesuai dengan kondisi setempat, yakni memperhatikan landasan sosiologi, kemudian berbasisa sains, mengembangkan sikap ilmiah, dan kemampuan berfikir siswa.
Ditinjau dari sisi tersebut, maka kurikulum 2013 akan mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya, profesonalitas atau kompetensinya. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan kepada guru, yakni bagaimana guru dapat melaksanakan kurikulum yang baru dengan baik dan benar.
Musyahrim juga meminta agar perubahan atau pengembangan kurikulum tidak perlu diperdebatkan, karena tujuan pengembangannya adalah untuk mencapai pendidikan nasional lebih efektif dan optimal.
Secara teoritik dan praktik, maka kurikulum perlu ditinjau, diperbaiki, bahkan perlu diganti secara berkala sesuai dengan perkembangan keilmuan dan perubahan zaman, yakni agar dapat menjadi instrumen efektif guna mencapai tujuan pendidikan lebih unggul.
Ditinjau dari sisi filosofi, maka perubahan kurikulum di Indonesia harus tetap berlandaskan dan dijiwai dari ruh Pancasila sebagai pandangan hidup dan falsafah bangsa, sehingga pendidikan di Indonesia harus memuat dan diwarnai dengan nilai-nilai pancasila.
Kurikulum di Indonesia harus berisi tentang materi pembangunan kepribadian nasional, karakter, dan budaya bangsa. Pengaruh kurikulum dari negara-negara barat harus disaring secara selektif agar pengembangannya sejiwa dengan nilai-nilai pancasila.
Terkait dengan segera diterapkannya kurikulum baru mulai Juli 2013 setelah dilakukan pengembangan, dia mengatakan jajaran Disdik Kaltim sudah menyiapkan diri dan mendukung kebijakan pemerintah dalam perubahan kurikulum baru itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Tetapi banyak kalangan yang meragukan keberhasilannya karena pembekalan bagi guru belum dilakukan.
Anggota DPR RI Oelfah As Hermanto, saat kunjungan kerja Panitia Kerja (Panja) Kurikulum Komisi X ke Samarinda beberapa hari lalu, kemudian berdialog dengan Kepala Dinas Pendidikan Kaltim dan unsur terkait, setuju kurikulum diubah, tetapi penerapan untuk tahun ajaran baru 2013 masih meragukan.
Alasan keraguannya antara lain, waktu penerapannya tak sampai lima bulan ke depan, sedangkan hingga saat ini belum dilakukan pelatihan sekaligus pembekalan bagi jutaan guru di Indonesia yang akan mengajarkan Kurikulum 2013, yakni bagi guru kelas I, kelas IV, kelas VII, dan kelas X.
Alasan lainnya adalah, hingga kini DPR RI, bahkan Dinas Pendidikan di daerah belum menerima dokumen resmi atau naskah lengkap rencana Kurikulum 2013 dari Kemendikbud, baik dalam bentuk cetak maupun "soft file".
Hal inilah yang membuat keraguan tentang pelaksanaan kurikulum baru.
Apalagi dalam kurikulum 2013 juga disebutkan bahwa untuk tahap awal, kurikulum itu akan diujicobakan pada 30 persen.
Dia meminta agar dalam penerapan pendidikan tidak ada istilah coba-coba karena pendidikan merupakan hal vital.
Anggota Komisi X dan Panitia Kerja Kurikulum yang hadir dalam acara itu antara lain Utut Adianto, Asman Abnur, Rinto Subekti, Jefirstson Riwu Kore, Venna Melinda, Raihan Iskandar, Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio), Reni Marlinawati, Abdul Hamidhid, dan Herry Lontung Siregar.
Hampir semua anggota Komisi X yang hadir tersebut mempertanyakan pelaksanaan kurikulum yang ada dan sudah diterapkan sejak 2006, kemudian persiapan persiapan daerah menghadapi kurikulum baru, termasuk meminta informasi permasalahan pendidikan yang dihadapi Kaltim.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Suyanto menuturkan bahwa kurikulum baru tetap akan diterapkan pada Juli 2013, mekipun masih ada suara sumbang karena pembentukannya sudah melalui kajian panjang.
"Suara sumbang dan kurang respon memang masih ada, tetapi suara yang melakukan dukungan jauh lebih banyak, apalagi dalam pembuatan kurikulum baru ini berdasarkan kajian cukup lama," ujar Suyanto.
Kurikulum yang segera diterapkan pada tahun ajaran baru 2013 itu, keberadaannya tidak secara tiba-tiba, tetapi sudah dilakukan penelitian dan dipersiapkan pemerintah sejak 2010.
Dalam penelitian juga melibatkan para guru, sedangkan jumlah guru di Indonesia sekitar 2,9 juta orang sehingga tidak semua guru diajak meneliti, tetapi yang diajak kerjasama adalah sejumlah guru sebagai sampel, yakni mereka yang dapat mewakili suara guru.
Terkait dengan tetap dilanjutkannya penerapan kurikulum pada Juli 2013, pasalnya semua daerah yang dikunjunginya menyatakan siap menghadapi kurikulum baru, termasuk di Provinsi Kaltim yang menyatakan siap, bahkan telah memprogramkan beberapa pelatihan untuk guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan, perubahan sekaligus pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang, bahkan telah dikaji tim ahli. Kemudian disampaikan ke publik agar mendapat masukan untuk penyempurnaan.
Perubahan kurikulum, lanjut menteri, memang sudah saatnya dilakukan karena selama ini kurikulumnya tidak menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia (SDM), namun siswa lebih banyak disodori hafalan, bukan kompetensi dan sains yang sebenarnya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menteri juga mengaku kasihan kepada para siswa mulai SD hingga SMA dan yang sederajat jika kurikulum yang ada tetap dipertahankan, pasalnya kurikulum yang ada sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman yang lebih memanfaatkan teknologi dan mengutamakan keterampilan sebagai bekal hidup.
Kepala Dinas Pendidikan Kaltim H Musyahrim mengatakan jajaran Disdik Kaltim sudah mnyiapkan diri dan mendukung kebijakan pemerintah dalam perubahan kurikulum baru itu.
"Apabila Kemendikbud hanya mampu melakukan uji coba kurikulum baru kepada 30 persen sekolah, maka Disdik Kaltim akan menambahkan jumlah sekolah yang akan diuji coba," ucapnya.
Bahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan anggaran untuk penguatan tenega pendidik dan kependidikan, termasuk kelembagaannya dalam mendukung implementasi kurikulum baru, yakni persiapannya sudah dilakukan sejak 2012.
Dia juga telah merencanakan menggelar sosialisasi penerapan kurikulum baru kepada 500 orang yang tergabung dalam Tim Pengembangan Kurikulum baik dari Provinsi Kaltim maupun dari kabupaten dan kota. Sosialisasi akan digelar akhir Februari 2013 di Samarinda.
Setelah itu, kata Musyahrim, pada Maret 2013 akan digelar workshop Tim Pengembang Kurikulum untuk memantapkan persiapan implementasi kurikulum 2013.
Peserta yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini sekitar 250 sampai 300 orang.
Selanjutnya, mulai Juli 2013 akan dilakukan pelatihan pembelajaran, penyusunan lembar kerja siswa dan penggunaan "Information and Communication Technology" (ICT) dalam pembelajaran kepada guru-guru inti.
Hal lain yang akan dilakukan adalah pembimbingan teknis melalui Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tentang implementasi kurikulum 2013.
Susun silabus
Dia juga mengatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang diterapkan hingga saat ini, setiap guru harus menyusun silabus atau pengembangan kurikulum dan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP).
Kegiatan menyusun perangkat pembelajaran ini dirasakan memberatkan guru karena tugas pokok guru selain merencanakan pembelajaran (menyusun silabus dan RPP), juga melaksanakan pembelajaran, menilai pembelajaran, dan membimbing siswa.
Sementara dalam Kurikulum 2013 direncanakan guru tidak perlu menyusun silabus, pasalnya silabus akan disusun oleh Pusat Kurikulum.
Kurikulum 2013 tentu akan meringankan guru karena tidak perlu menyusun silabus sendiri. Ini berarti guru akan bisa merencanakan kegiatan pembalajaran dalam RPP menjadi lebih baik.
Dalam kurikulum 2013 juga ada pengurangan jumlah mata pelajaran, tetapi terdapat penamabahan jumlah jam belajar. Ini berarti kegiatan belajar siswa akan lebih banyak sehingga perlu dirancang bervariasi.
Terkait dengan itu, maka guru harus merancang lembar kerja siswa sesuai dengan kondisi setempat, yakni memperhatikan landasan sosiologi, kemudian berbasisa sains, mengembangkan sikap ilmiah, dan kemampuan berfikir siswa.
Ditinjau dari sisi tersebut, maka kurikulum 2013 akan mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya, profesonalitas atau kompetensinya. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan kepada guru, yakni bagaimana guru dapat melaksanakan kurikulum yang baru dengan baik dan benar.
Musyahrim juga meminta agar perubahan atau pengembangan kurikulum tidak perlu diperdebatkan, karena tujuan pengembangannya adalah untuk mencapai pendidikan nasional lebih efektif dan optimal.
Secara teoritik dan praktik, maka kurikulum perlu ditinjau, diperbaiki, bahkan perlu diganti secara berkala sesuai dengan perkembangan keilmuan dan perubahan zaman, yakni agar dapat menjadi instrumen efektif guna mencapai tujuan pendidikan lebih unggul.
Ditinjau dari sisi filosofi, maka perubahan kurikulum di Indonesia harus tetap berlandaskan dan dijiwai dari ruh Pancasila sebagai pandangan hidup dan falsafah bangsa, sehingga pendidikan di Indonesia harus memuat dan diwarnai dengan nilai-nilai pancasila.
Kurikulum di Indonesia harus berisi tentang materi pembangunan kepribadian nasional, karakter, dan budaya bangsa. Pengaruh kurikulum dari negara-negara barat harus disaring secara selektif agar pengembangannya sejiwa dengan nilai-nilai pancasila.
Terkait dengan segera diterapkannya kurikulum baru mulai Juli 2013 setelah dilakukan pengembangan, dia mengatakan jajaran Disdik Kaltim sudah menyiapkan diri dan mendukung kebijakan pemerintah dalam perubahan kurikulum baru itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013