Naomi Osaka yang menangis sesaat meninggalkan konferensi pers di Cincinnati setelah hubungannya dengan wartawan disorot oleh seorang reporter yang menuding dia memanfaatkan media untuk menutupi kelemahannya.
Osaka akhir-akhir ini berhubungan tegang dengan media dengan menyebut kesehatan mentalnya dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Oleh karena itu, Senin waktu setempat, ketika seorang reporter Cincinnati pada turnamen Western and Southern Open menilai Osaka memanfaatkan profil medianya yang besar tetapi tak suka berbicara dengan wartawan, petenis nomor dua dunia itu menangis saat berusaha merumuskan jawabannya.
"Ketika Anda bilang saya tidak gila saat berurusan dengan kalian, apa sih artinya?" tanya Osaka yang keturunan Jepang-Haiti.
"Sejak saya kecil saya sudah diminati media dan saya kira itu juga karena latar belakang saya."
"Saya sama sekali tak berdaya manakala ada sejumlah hal yang saya cuit atau beberapa hal yang saya katakan malah menciptakan banyak artikel atau hal-hal semacam itu, tapi saya juga akan bilang saya tak begitu yakin bagaimana cara menyeimbangkan kedua hal itu. Seperti yang saya pikirkan saat yang sama seperti Anda, saya akan bilang."
Selama jumpa pers itu dia menyeka air mata dan menutupi matanya untuk menyembunyikan wajahnya sebelum moderator meminta jeda.
Osaka meninggalkan ruangan sebentar tetapi kembali untuk menyelesaikan konferensi pers setelah tenang kembali.
Tanya jawab itu menyoroti tantangan yang dihadapi Osaka sebagai salah satu atlet paling terkenal di dunia.
Menjelang French Open tahun ini pada Mei, Osaka menyatakan akan memboikot wajib konferensi pers pasca-pertandingan di lapangan Grand Slam tanah liat itu guna melindungi kesehatan mentalnya. Keputusan itu memicu reaksi keras penyelenggara turnamen Grand Slam yang mendenda dia dan mengancam akan melarang dia dari turnamen Grand Slam jika dia menolak berbicara kepada media.
Masalah ini tak hanya mendorong Osaka mengungkapkan bahwa dia kesulitan mengatasi depresi selama beberapa tahun tetapi juga mendorong dia untuk mundur dari Roland Garros dan Wimbledon demi kesehatan mentalnya.
Setelah tersisih dini pada Olimpiade Tokyo, di mana dia diberi kehormatan menyalakan api Olimpiade pada upacara pembukaan, dia mengakui kesulitan mengatasi tekanan dan harapan besar yang dibebankan kepada dia.
Agen Osaka Stuart Duguid mengutuk pertanyaan wartawan itu dalam sebuah pernyataan tertulis yang diberikan kepada Reuters.
"Perundungan di Cincinnati Enquirer itu adalah contoh mengapa hubungan pemain dan media begitu sengit saat ini," kata Duguid.
"Semua orang di Zoom setuju bahwa nada suara dia (wartawan penanya) itu salah dan satu-satunya tujuannya adalah mengintimidasi. Perilaku yang sungguh mengerikan," kata dia seperti dikutip Reuters.
"Dan sindiran bahwa Naomi berutang kepada media atas keberhasilan di luar lapangan adalah mitos, jangan terlalu mengagungkan diri."
Reporter itu enggan menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Petenis Jepang berusia 23 tahun itu menggunakan platformnya untuk mengajak orang memperhatikan kesehatan mental dan menyatakan dia didukung oleh rekan-rekan sesama atlet.
"Pembuka mata terbesar adalah saat Olimpiade ketika banyak atlet yang mendatangi saya dan bilang mereka senang sekali saya telah melakukan apa yang saya lakukan," kata dia.
"Saya bangga dengan apa yang saya lakukan dan saya kira itu adalah hal yang mesti dilakukan."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Osaka akhir-akhir ini berhubungan tegang dengan media dengan menyebut kesehatan mentalnya dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Oleh karena itu, Senin waktu setempat, ketika seorang reporter Cincinnati pada turnamen Western and Southern Open menilai Osaka memanfaatkan profil medianya yang besar tetapi tak suka berbicara dengan wartawan, petenis nomor dua dunia itu menangis saat berusaha merumuskan jawabannya.
"Ketika Anda bilang saya tidak gila saat berurusan dengan kalian, apa sih artinya?" tanya Osaka yang keturunan Jepang-Haiti.
"Sejak saya kecil saya sudah diminati media dan saya kira itu juga karena latar belakang saya."
"Saya sama sekali tak berdaya manakala ada sejumlah hal yang saya cuit atau beberapa hal yang saya katakan malah menciptakan banyak artikel atau hal-hal semacam itu, tapi saya juga akan bilang saya tak begitu yakin bagaimana cara menyeimbangkan kedua hal itu. Seperti yang saya pikirkan saat yang sama seperti Anda, saya akan bilang."
Selama jumpa pers itu dia menyeka air mata dan menutupi matanya untuk menyembunyikan wajahnya sebelum moderator meminta jeda.
Osaka meninggalkan ruangan sebentar tetapi kembali untuk menyelesaikan konferensi pers setelah tenang kembali.
Tanya jawab itu menyoroti tantangan yang dihadapi Osaka sebagai salah satu atlet paling terkenal di dunia.
Menjelang French Open tahun ini pada Mei, Osaka menyatakan akan memboikot wajib konferensi pers pasca-pertandingan di lapangan Grand Slam tanah liat itu guna melindungi kesehatan mentalnya. Keputusan itu memicu reaksi keras penyelenggara turnamen Grand Slam yang mendenda dia dan mengancam akan melarang dia dari turnamen Grand Slam jika dia menolak berbicara kepada media.
Masalah ini tak hanya mendorong Osaka mengungkapkan bahwa dia kesulitan mengatasi depresi selama beberapa tahun tetapi juga mendorong dia untuk mundur dari Roland Garros dan Wimbledon demi kesehatan mentalnya.
Setelah tersisih dini pada Olimpiade Tokyo, di mana dia diberi kehormatan menyalakan api Olimpiade pada upacara pembukaan, dia mengakui kesulitan mengatasi tekanan dan harapan besar yang dibebankan kepada dia.
Agen Osaka Stuart Duguid mengutuk pertanyaan wartawan itu dalam sebuah pernyataan tertulis yang diberikan kepada Reuters.
"Perundungan di Cincinnati Enquirer itu adalah contoh mengapa hubungan pemain dan media begitu sengit saat ini," kata Duguid.
"Semua orang di Zoom setuju bahwa nada suara dia (wartawan penanya) itu salah dan satu-satunya tujuannya adalah mengintimidasi. Perilaku yang sungguh mengerikan," kata dia seperti dikutip Reuters.
"Dan sindiran bahwa Naomi berutang kepada media atas keberhasilan di luar lapangan adalah mitos, jangan terlalu mengagungkan diri."
Reporter itu enggan menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Petenis Jepang berusia 23 tahun itu menggunakan platformnya untuk mengajak orang memperhatikan kesehatan mental dan menyatakan dia didukung oleh rekan-rekan sesama atlet.
"Pembuka mata terbesar adalah saat Olimpiade ketika banyak atlet yang mendatangi saya dan bilang mereka senang sekali saya telah melakukan apa yang saya lakukan," kata dia.
"Saya bangga dengan apa yang saya lakukan dan saya kira itu adalah hal yang mesti dilakukan."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021