Visual menjadi salah satu faktor penting bagi pengusaha kuliner yang akan merambah penjualan secara daring.
Informasi penting itu disampaikan berulang kali dalam acara virtual Komunitas Pengusaha Gofood (KOMPAG) Akbar, Jumat.
“Content is a king, tapi packaging is a queen. Kita tahu rasa dan selera itu rajanya kalau masalah kuliner, tapi saat ini kemasan juga jadi penting karena kemasan itu mendorong daya beli. Kalau packaging tidak menarik dan kurang baik tentu usaha yang ada jadi tidak optimal,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno yang hadir sebagai salah satu pembicara di acara itu.
Hal senada juga datang dari pengusaha yang telah sukses dan menjadi mitra Gofood yaitu pemilik usaha kuliner AyamAyaman Reza Firmanda.
Ia menyebutkan dengan visual yang menarik khususnya untuk berjualan daring, maka pembeli pun akan semakin memiliki minat untuk membeli produk yang dijual.
“Berjualan offline dan online itu jelas berbeda. Karena perilaku konsumen di online ini mencari yang terlihat bagus di mata. Dengan visual bagus itu pasti lebih menarik konsumen,” kata Reza.
Visual yang dihadirkan pengusaha kuliner juga sebisa mungkin menunjukkan jati diri dari kuliner yang dijual sehingga bisa digunakan sebagai materi promosi digital di media sosial.
Dengan visual yang menarik dan menunjukkan jati diri yang sesungguhnya maka anda bisa menggaet pasar daring yang saat ini didominasi generasi Z yang memiliki karakteristik mudah terhubung dengan hal yang apa adanya.
“Jadilah diri sendiri, apa adanya saja. Konten itu harus dipromosikan secara konsisten. Tidak perlu lah caption di Instagram dicantik-cantikin ‘Ayo datang kesini cobain ini,’. Justru saat ini akun- akun media sosial FnB (Food and Beverages) lebih banyak membahas fenomena sehari- hari agar tetap terhubung dengan pelanggannya seperti teman,” kata CEO Masakin Group dan juga pendiri dari Menantea Bisma Adi Putra.
Di samping menjaga visual yang menarik, satu hal lainnya yang harus dijaga oleh penjual makanan daring adalah kualitas bahan makanan maupun minuman agar pelanggan yang sudah membeli menjadi pelanggan setia.
Jika kualitas tidak dikontrol maka sebaik apapun visualnya maka pelanggan tidak akan menjadi loyal customer karena mungkin saja ada perbedaan citarasa akibat ketidak konsistenan bahan baku.
“Kualitas yang konsisten itu perlu dijaga. Kenapa? karena pelanggan saat ini sudah pintar, mereka bisa berpendapat soal rasa hingga tampilan, jadi itu perlu dijaga,” kata pemilik dari Pison Coffee Arlini Wibowo yang juga hadir di dalam acara KOMPAG Akbar.
Terakhir, jangan bosan untuk terus belajar media sosial atau aplikasi baru untuk memperkaya penjualan digital.
Sebagai contoh mempelajari TikTok, mungkin pada awal kemunculan aplikasi itu banyak orang yang menyangsikan aplikasi berbagi video singkat itu.
Namun siapa sangka di tahun 2020- 2021 aplikasi itu justru menjadi salah satu alat promosi yang paling efektif digunakan untuk berjualan daring tidak hanya di industri kuliner tapi juga industri fesyen hingga peralatan rumah tangga.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Informasi penting itu disampaikan berulang kali dalam acara virtual Komunitas Pengusaha Gofood (KOMPAG) Akbar, Jumat.
“Content is a king, tapi packaging is a queen. Kita tahu rasa dan selera itu rajanya kalau masalah kuliner, tapi saat ini kemasan juga jadi penting karena kemasan itu mendorong daya beli. Kalau packaging tidak menarik dan kurang baik tentu usaha yang ada jadi tidak optimal,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno yang hadir sebagai salah satu pembicara di acara itu.
Hal senada juga datang dari pengusaha yang telah sukses dan menjadi mitra Gofood yaitu pemilik usaha kuliner AyamAyaman Reza Firmanda.
Ia menyebutkan dengan visual yang menarik khususnya untuk berjualan daring, maka pembeli pun akan semakin memiliki minat untuk membeli produk yang dijual.
“Berjualan offline dan online itu jelas berbeda. Karena perilaku konsumen di online ini mencari yang terlihat bagus di mata. Dengan visual bagus itu pasti lebih menarik konsumen,” kata Reza.
Visual yang dihadirkan pengusaha kuliner juga sebisa mungkin menunjukkan jati diri dari kuliner yang dijual sehingga bisa digunakan sebagai materi promosi digital di media sosial.
Dengan visual yang menarik dan menunjukkan jati diri yang sesungguhnya maka anda bisa menggaet pasar daring yang saat ini didominasi generasi Z yang memiliki karakteristik mudah terhubung dengan hal yang apa adanya.
“Jadilah diri sendiri, apa adanya saja. Konten itu harus dipromosikan secara konsisten. Tidak perlu lah caption di Instagram dicantik-cantikin ‘Ayo datang kesini cobain ini,’. Justru saat ini akun- akun media sosial FnB (Food and Beverages) lebih banyak membahas fenomena sehari- hari agar tetap terhubung dengan pelanggannya seperti teman,” kata CEO Masakin Group dan juga pendiri dari Menantea Bisma Adi Putra.
Di samping menjaga visual yang menarik, satu hal lainnya yang harus dijaga oleh penjual makanan daring adalah kualitas bahan makanan maupun minuman agar pelanggan yang sudah membeli menjadi pelanggan setia.
Jika kualitas tidak dikontrol maka sebaik apapun visualnya maka pelanggan tidak akan menjadi loyal customer karena mungkin saja ada perbedaan citarasa akibat ketidak konsistenan bahan baku.
“Kualitas yang konsisten itu perlu dijaga. Kenapa? karena pelanggan saat ini sudah pintar, mereka bisa berpendapat soal rasa hingga tampilan, jadi itu perlu dijaga,” kata pemilik dari Pison Coffee Arlini Wibowo yang juga hadir di dalam acara KOMPAG Akbar.
Terakhir, jangan bosan untuk terus belajar media sosial atau aplikasi baru untuk memperkaya penjualan digital.
Sebagai contoh mempelajari TikTok, mungkin pada awal kemunculan aplikasi itu banyak orang yang menyangsikan aplikasi berbagi video singkat itu.
Namun siapa sangka di tahun 2020- 2021 aplikasi itu justru menjadi salah satu alat promosi yang paling efektif digunakan untuk berjualan daring tidak hanya di industri kuliner tapi juga industri fesyen hingga peralatan rumah tangga.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021