Penajam (ANTARA Kaltim) - Kapten Willy Baker Foenay (34), pilot helikopter PT Whitesky Aviation, mengaku kaget dan terpukul atas jatuhnya korban dari insiden antara helikopter yang dipilotinya dengan speedboat yang tengah melaju di Teluk Balikpapan, Rabu (28/11).

"Saya tidak mengira ada jatuh korban, bahkan hingga meninggal dunia," katanya di Markas Polres Penajam Paser Utara, Jumat.

Seorang penumpang speedboat bernama Syamsuddin tewas dengan kepala pecah setelah terkena hantaman landing skids (kaki) helikopter Bell-407 yang dikemudikan Kapten Foenay. Seorang lagi, Nana, mengalami patah tulang lengan.

Pada kesempatan itu juga Kapten Foenay juga menegaskan bahwa insiden tersebut karena terbatasnya jarak pandang (visual) bagi dirinya saat itu karena keadaan cuaca berawan hitam tebal.

Seperti dituturkan oleh Komandan Pangkalan TNI AU Balikpapan Kolonel Penerbang Djoko Senoputro, Rabu (28/11) malam, Kapten Foenay lepas landas dari Bandara Sepinggan di Balikpapan pukul 15.05 untuk menguji perangkat auto pilot yang baru selesai di perbaiki.

Pesawat menuju Batu Kajang, Paser. Di dalam heli itu turut juga engineer Aris, avionik Asep dan Rangga. Dan auto pilot ternyata tetap rusak.

"Tapi bukan itu yang menjadi penyebab musibah. Ini karena cuaca buruk," jelas Kapten Willy Baker Foenay, pilot yang pernah berdinas 10 tahun di TNI Angkatan Laut itu.

Saat akan pulang ke Sepinggan melalui Penajam, kondisi cuaca berubah gelap karena dilingkupi awan hitam (cumulo nimbus).

"Saya mencoba naik, tapi semakin naik semakin gelap. Akhirnya memutuskan untuk turun, apalagi melihat kondisi cuaca di bawah masih terang," tutur Foenay yang punya 2.500 jam terbang di PT Whitesky Aviation, pemilik helikopter tersebut. 

Selanjutnya, ia memutuskan untuk terbang rendah guna menghindari awan. Karena bila tetap mempertahankan helikopter berada di cuaca seperti itu ia akan sangat berisiko disambar petir, karena awan cumulo nimbus penuh dengan muatan listrik statis, tempat awal kilat dan petir.

Selain itu, sisi timur langit Penajam juga lintasan penerbangan pesawat-pesawat komersial sehingga helikopter tidak mengambil jalur itu dan bertahan di atas Teluk Balikpapan.

Helikopter terus turun hingga 250 meter dari permukaan laut dan terus merendah hingga hanya beberapa meter dari permukaan air.

"Tiba-tiba saja ada speedboat di depan kami. Saya berusaha menghindar. Saya juga dengar suara gesekan. Saya kira hanya membentur besi di speedboat itu," ucapnya.

"Saya sempat berputar sekali untuk melihat kondisi speedboat. Ternyata masih jalan dan saya mengira tidak terjadi apa-apa dan penumpangnya semua selamat," ucapnya.

Bahkan, menurut Kapten Foenay, ada keinginan untuk turun lagi melihat kondisi speedboat. Namun karena faktor cuaca dan tidak ada tempat mendarat bagi helikopter, ia memutuskan untuk kembali ke Bandara Sepinggan.

Kapten Willy Baker Foenay dan krunya mendarat pukul 16.15 di apron Bandara Sepinggan. Baru di bandara ia mendapat informasi dari Badan SAR Nasional (Basarnas) bahwa, ada penumpang speedboat meninggal dunia.

"Saya langsung shock waktu mendengar informasi itu. Tidak menyangka ada yang meninggal," katanya. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012