Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Guru Besar Manajemen Kawasan Konservasi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Dr Ir Sambas Basuni MSi mengatakan konservasi alam tidak melulu tentang menjaga keaslian dan keutuhan alam suatu wilayah.

"Yang penting sekarang malah keberadaan dan kualitasnya," kata Profesor Dr Ir Sambas Basuni MSi, di Balikpapan, Kamis (29/11), dalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) yang bertema "Mengelola Konservasi Berbasis Kearifan Lokal".

Menurut dia, konsep menjaga keaslian dan keutuhan membuat banyak larangan, yang dituangkan dalam perundang-undangan seperti UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati sarat dengan larangan dan ancaman hukuman.

Namun, pada penerapannya di lapangan hingga hari ini banyak menimbulkan konflik.

"Masyarakat yang biasa memanfaatkan kayu untuk membangun rumahnya, misalnya, tidak lagi bisa masuk hutan dan menebang pohon sesuai kebutuhannya, yang sebelum ada aturan itu bisa dilakukannya kapan saja," kata Dr Satyawan Pudyamoko MSc, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang berbicara setelah Profesor Basuni.

Sementara itu, dengan mementingkan keberadaan dan kualitas, jelas Profesor Basuni, maka kegiatan konservasi adalah cara-cara bagaimana sedemikian rupa tumbuhan, hewan, atau bentang alam itu dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya yang berkelanjutan bagi manusia sekarang maupun generasi yang akan datang.

"Jadi manfaatkan, tapi jangan berbuat kerusakan," tegas Profesor Basuni.

Dari konsep manfaat itu pula yang menjadi pemicu untuk selalu menjaga sumber daya alam tersebut. Orang akan lebih mudah diajak untuk memelihara sesuatu yang dapat dirasakannya bermanfaat bagi dirinya.

"Masa kita tidak menjaga sesuatu yang bermanfaat bagi kita," sambung Profesor Basuni.

Dalam hubungannya dengan kearifan lokal itu, di Indonesia dan banyak tempat-tempat lain di dunia yang memiliki "indigenious people" atau orang asli yang telah mendiami suatu tempat secara turun-temurun dalam waktu sangat lama, tercipta suatu cara mengenai pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya bisa lama dan berkelanjutan tersebut.

"Hampir setiap suku di Indonesia memiliki apa yang disebut kearifan lokal itu, dengan beragam istilah, namun semua dengan tujuan yang sama, yaitu pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan," demikian Profesor Basuni. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012