Balikpapan (ANTARA) - Wakil Wali Kota Balikpapan Bagus Susetyo meninjau langsung pelaksanaan pasar murah di halaman Pasar Kebun Sayur sebagai bagian dari langkah pengendalian inflasi menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi kami menjaga stabilitas harga, memastikan pasokan aman, dan menekan inflasi, khususnya di momentum hari besar keagamaan,” kata Bagus saat memantau pelaksanaan di lapangan, Selasa (3/6).
Bagus mengemukakan, pasar murah tersebut merupakan kolaborasi antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Dinas Perdagangan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, dan Perum Bulog.
Komoditas yang dijual di pasar murah tersebut antara lain beras, minyak goreng, telur ayam, gula pasir, cabai, bawang, dan elpiji 3kg, dengan harga di bawah harga pasar umum.
Ia menegaskan, bahwa kegiatan tersebut bukan bersifat insidental, melainkan akan dilaksanakan secara rutin sebanyak 13 kali dalam setahun.
“Ini bentuk konsistensi Pemerintah Kota Balikpapan dalam menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat,” ucapnya.
Bagus menjelaskan untuk komoditas gas elpiji 3kg, Pemkot menyalurkan sebanyak 360 tabung per hari selama empat hari. Harga gas elpiji ditetapkan kembali pada harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp19.000 per tabung.
“Sebelumnya, harga gas elpiji mencapai Rp50.000. Namun dengan adanya intervensi pemerintah maka kembali ke harga resmi, sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen,” katanya.
Selain gas elpiji juga dijual beras dan telur ayam di pasar murah tersebut. Pemkot bekerja sama dengan Bulog dan peternak lokal agar distribusi bisa langsung dan efisien.
Bagus menjelaskan dengan adanya pasar murah tersebut mengubah pola distribusi. Dari gudang langsung ke masyarakat, menghindari rantai pasokan panjang yang menyebabkan harga melambung.
Ia menekankan pentingnya sinergi antar-instansi dan mengapresiasi Dinas Kominfo, camat, lurah, dan Ketua RT yang telah membantu mensosialisasikan kegiatan pasar murah agar tepat sasaran.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Koordinasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan pengendalian inflasi ini,” katanya.
Bagus mengemukakan, kegiatan pasar murah edisi Idul Adha dilaksanakan di Pasar Kebun Sayur. Namun ke depan, lokasi kegiatan akan bergilir ke berbagai kecamatan agar seluruh warga kota merasakan dampaknya secara merata.
“Kami sudah siapkan skema rotasi lokasi pasar murah, tidak boleh hanya satu wilayah yang merasakan manfaat. Semua kecamatan akan kebagian menjadi lokasi pasar murah,” katanya.
Bagus mengungkapkan, dari sisi stok bahan, Pemkot Balikpapan memastikan ketersediaan komoditas aman. Pasokan beras dan telur dijamin cukup selama pelaksanaan pasar murah, dan akan terus disesuaikan dengan permintaan harian di lapangan.
“Kami akan terus pantau ketersediaan dan distribusi barang, jangan sampai ada kelangkaan atau spekulan yang mengambil kesempatan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Robi Ariadi menyatakan, berdasarkan data terakhir, Balikpapan deflasi sebesar 0,28 persen pada Mei 2025.
“Secara tahunan, inflasi Balikpapan sebesar 1,01 persen. Ini jauh di bawah target nasional 2,5 persen, artinya upaya pengendalian sudah berjalan cukup baik,” kata Robi.
Ia menyebut pasar murah sebagai salah satu instrumen efektif untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang, terutama di sektor pangan yang paling rentan berfluktuasi.
“Intervensi harga seperti ini dapat mencegah terjadinya lonjakan inflasi. Terutama menjelang Hari Raya Idul Adha di mana pola konsumsi masyarakat meningkat,” jelasnya.
Lanjutnya, Bank Indonesia juga menilai bahwa pola distribusi langsung yang diterapkan Pemkot Balikpapan dapat mengurangi potensi spekulasi harga yang sering terjadi dalam rantai pasok konvensional.
“Pemangkasan mata rantai distribusi mempercepat penyaluran dan menurunkan biaya. Ini sangat efektif sebagai instrumen pengendali harga,” terang Robi.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia akan terus memberikan dukungan teknis dan asistensi kebijakan dalam pelaksanaan program-program pengendalian inflasi di daerah.
“Kolaborasi antara pemerintah daerah dan lembaga keuangan seperti Bank Indonesia sangat krusial dalam mewujudkan stabilitas harga yang berkelanjutan,” ujarnya. (Adv)