Tanjung Redeb (ANTARA Kaltim) - Minat investor berinvestasi di sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Berau, kalimantan Timur, cukup besar.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Drs H Basrie Syahrin, Selasa memaparkan, jumlah perusahaan perkebunan sawit saat ini ada 30 perusahaan.
"Dari 30 pemegang izin perkebunan tersebut, 10 di antaranya sudah beroperasi, sementara sisanya masih dalam tahap pembangunan atau dalam masa persiapan." kata Basrie.
Dia mengatakan, perkebunan kelapa sawit ini tetap didominasi di tiga kecamatan, yakni Kelay, Segah dan Kecamatan Talisayan.
Untuk daerah kecamatan lainnya, tetap ada, tetapi lahannya tidak seluas pada kecamatan tersebut.
"Kecuali Kecamatan Maratua yang kurang diminati investor, karena struktur lahannya kurang mendukung," ujarnya.
Mengingat persyaratan perkebunan kelapa sawit memenuhi aspek teknis, terutama dari struktur tanah, maka untuk Areal Penggunaan Lain (APL) masih kewenangan pemerintah daerah.
Menurut mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Berau ini, keterbatasan mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit atau karet, tidak boleh di atas Kawasan Budi Daya Kehutanan (KBK).
Berbeda dengan pertambangan batubara, meski lahannya ada di atas KBK tetap saja bisa digarap dengan menggunakan izin pinjam pakai lahan. "Kalau perkebunan sawit atau karet di atas KBK tidak boleh. Jadi harus murni di atas kawasan budi daya non kehutanan (KBNK)," kata Basrie.
Sehubungan makin tingginya minat investor sektor perkebunan di Bumi Batiwakal didominasi warga luar daerah.
Sementara untuk dua perusahaan, yakni Hutan Hijau Mas (HHM) dan 198 Group dari Malaysia.
Terkait perizinan perkebunan karet, Basrie juga menjelaskan, perkebunan karet tersebut hanya satu, luasannya hanya sekitar 2 ribu hektare lebih di daerah Kecamatan Kelay. "Itupun hanya satu perusahaan, yakni PT Berau Agro Kusuma (BAK)," ujar Basrie.
Menurut Basrie, usaha mengembangkan perkebunan karet ini juga cukup menjanjikan, jangka panennya kurang lebih dengan kelapa sawit, lima tahun sudah memproduksi getah (latek. "Namun sayangnya
kurang diminati oleh investor," katanya.
Di sinilah peran Disbun mendorong perkebunan masyarakat, karena topografi di daerah Kelay untuk mengembangkan kelapa sawit maupun perkebunan karet cukup menjanjikan. "Jika masyarakat menginginkan mendapatkan bibit karet atau kelapa sawit, kami harap membentuk kelompok tani, agar prosesnya mendapatkan bantuan bibit lebih mudah," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Drs H Basrie Syahrin, Selasa memaparkan, jumlah perusahaan perkebunan sawit saat ini ada 30 perusahaan.
"Dari 30 pemegang izin perkebunan tersebut, 10 di antaranya sudah beroperasi, sementara sisanya masih dalam tahap pembangunan atau dalam masa persiapan." kata Basrie.
Dia mengatakan, perkebunan kelapa sawit ini tetap didominasi di tiga kecamatan, yakni Kelay, Segah dan Kecamatan Talisayan.
Untuk daerah kecamatan lainnya, tetap ada, tetapi lahannya tidak seluas pada kecamatan tersebut.
"Kecuali Kecamatan Maratua yang kurang diminati investor, karena struktur lahannya kurang mendukung," ujarnya.
Mengingat persyaratan perkebunan kelapa sawit memenuhi aspek teknis, terutama dari struktur tanah, maka untuk Areal Penggunaan Lain (APL) masih kewenangan pemerintah daerah.
Menurut mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Berau ini, keterbatasan mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit atau karet, tidak boleh di atas Kawasan Budi Daya Kehutanan (KBK).
Berbeda dengan pertambangan batubara, meski lahannya ada di atas KBK tetap saja bisa digarap dengan menggunakan izin pinjam pakai lahan. "Kalau perkebunan sawit atau karet di atas KBK tidak boleh. Jadi harus murni di atas kawasan budi daya non kehutanan (KBNK)," kata Basrie.
Sehubungan makin tingginya minat investor sektor perkebunan di Bumi Batiwakal didominasi warga luar daerah.
Sementara untuk dua perusahaan, yakni Hutan Hijau Mas (HHM) dan 198 Group dari Malaysia.
Terkait perizinan perkebunan karet, Basrie juga menjelaskan, perkebunan karet tersebut hanya satu, luasannya hanya sekitar 2 ribu hektare lebih di daerah Kecamatan Kelay. "Itupun hanya satu perusahaan, yakni PT Berau Agro Kusuma (BAK)," ujar Basrie.
Menurut Basrie, usaha mengembangkan perkebunan karet ini juga cukup menjanjikan, jangka panennya kurang lebih dengan kelapa sawit, lima tahun sudah memproduksi getah (latek. "Namun sayangnya
kurang diminati oleh investor," katanya.
Di sinilah peran Disbun mendorong perkebunan masyarakat, karena topografi di daerah Kelay untuk mengembangkan kelapa sawit maupun perkebunan karet cukup menjanjikan. "Jika masyarakat menginginkan mendapatkan bibit karet atau kelapa sawit, kami harap membentuk kelompok tani, agar prosesnya mendapatkan bantuan bibit lebih mudah," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012