Berkurangnya kegiatan manusia di daerah Taman Nasional (TN) Komodo akibat pandemi mempengaruhi aktivitas komodo di daerah itu menjadi lebih aktif yang dapat kembali berubah ketika terjadi kembali interaksi tinggi dengan wisatawan, demikian menurut hasil penelitian dari sejumlah peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Olahan data sementara menunjukkan bahwa sekarang komodo yang ada di Loh Buaya cenderung bergerak lebih aktif dibandingkan ketika 2019," kata Dr. Mirza Kusrini dari IPB University, dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR RI tentang pembangunan fasilitas wisata di Loh Buaya, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT), dipantau virtual dari Jakarta pada Senin.
Pada 2019, ketika pariwisata masih berjalan dengan frekuensi aktivitas manusia yang tinggi, komodo di daerah Loh Buaya cenderung berdiam di tempat yang sama. Berbeda dengan saat ini ketika mereka menjelajah ke daerah lain.
Komodo yang berada di Loh Buaya, kata Mirza, yang memaparkan beberapa temuan penelitian tersebut, memang cenderung lebih terbiasa dengan manusia.
"Justru kami sebagai orang-orang yang bergerak di bidang konservasi satwa liar kami tidak bahagia dengan itu. Inginnya satwa liar harus tetap liar, jadi tidak boleh terlalu dekat dengan manusia," ujar pengajar di Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University itu.
Ia menganjurkan agar terjadi pengurangan interaksi manusia terutama wisatawan dengan komodo.
Selain aktivitas komodo, peneliti IPB juga menemukan bahwa kondisi populasi dan habitat di TN Komodo masih dalam kondisi terjaga. Diperkirakan terdapat sekitar 3.022 ekor komodo yang berada di seluruh TN Komodo, atau naik dari 2.897 ekor pada 2018.
Namun, para peneliti memperingatkan masih adanya potensi ancaman terhadap spesies yang dilindungi itu. Mirza memberi contoh kemungkinan invasi spesies alien atau yang tidak asli daerah itu seperti kodok buduk.
Selain itu terdapat persepsi konservasi yang rendah oleh masyarakat tidak hanya yang tinggal di TN Komodo, tapi juga yang berada di luar kawasan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengingatkan bahwa komodo tidak hanya berada di daerah kawasan taman nasional tapi terdapat juga di daerah lain.
"Kami harapkan mendapat perhatian yang lebih banyak, karena selama ini orang kami lihat lebih banyak perhatian ke komodo di dalam TN. Padahal di luar TN ada juga komodo, dan mereka tidak terlalu diperhatikan," kata Mirza.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Olahan data sementara menunjukkan bahwa sekarang komodo yang ada di Loh Buaya cenderung bergerak lebih aktif dibandingkan ketika 2019," kata Dr. Mirza Kusrini dari IPB University, dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR RI tentang pembangunan fasilitas wisata di Loh Buaya, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT), dipantau virtual dari Jakarta pada Senin.
Pada 2019, ketika pariwisata masih berjalan dengan frekuensi aktivitas manusia yang tinggi, komodo di daerah Loh Buaya cenderung berdiam di tempat yang sama. Berbeda dengan saat ini ketika mereka menjelajah ke daerah lain.
Komodo yang berada di Loh Buaya, kata Mirza, yang memaparkan beberapa temuan penelitian tersebut, memang cenderung lebih terbiasa dengan manusia.
"Justru kami sebagai orang-orang yang bergerak di bidang konservasi satwa liar kami tidak bahagia dengan itu. Inginnya satwa liar harus tetap liar, jadi tidak boleh terlalu dekat dengan manusia," ujar pengajar di Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University itu.
Ia menganjurkan agar terjadi pengurangan interaksi manusia terutama wisatawan dengan komodo.
Selain aktivitas komodo, peneliti IPB juga menemukan bahwa kondisi populasi dan habitat di TN Komodo masih dalam kondisi terjaga. Diperkirakan terdapat sekitar 3.022 ekor komodo yang berada di seluruh TN Komodo, atau naik dari 2.897 ekor pada 2018.
Namun, para peneliti memperingatkan masih adanya potensi ancaman terhadap spesies yang dilindungi itu. Mirza memberi contoh kemungkinan invasi spesies alien atau yang tidak asli daerah itu seperti kodok buduk.
Selain itu terdapat persepsi konservasi yang rendah oleh masyarakat tidak hanya yang tinggal di TN Komodo, tapi juga yang berada di luar kawasan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengingatkan bahwa komodo tidak hanya berada di daerah kawasan taman nasional tapi terdapat juga di daerah lain.
"Kami harapkan mendapat perhatian yang lebih banyak, karena selama ini orang kami lihat lebih banyak perhatian ke komodo di dalam TN. Padahal di luar TN ada juga komodo, dan mereka tidak terlalu diperhatikan," kata Mirza.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020