Para pecinta bonsai di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, yang saat ini masih merupakan komunitas per kecamatan, segera membentuk asosiasi agar perkumpulannya makin kuat dan bisa menggelar berbagai kegiatan.
"Setelah nanti kepengurusan asosiasi resmi terbentuk, kemudian didaftarkan di organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar menjadi lembaga yang memiliki legalitas," ujar seorang pecinta bonsai di Kabupaten PPU Sujiati di Babulu, Minggu.
Ia menuturkan bahwa penguatan kelembagaan untuk para pembonsai tersebut saat ini merupakan kebutuhan untuk menyongsong pindahnya Ibu Kota Negara (IKN) RI ke PPU dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga semangat pembonsai untuk berkarya makin meningkat.
Pecinta maupun pembentuk bonsai, lanjutnya, merupakan pelaku yang memiliki jiwa seni tinggi, terbukti dengan kemampuan imajinasi dan kreativitasnya yang mampu membentuk tanaman biasa menjadi luar biasa indahnya, sehingga banyak orang tertarik.
Untuk itu, dengan kehadiran IKN di PPU, akan ada istana negara dan akan ada kantor kementerian, sehingga dimungkinkan di taman-taman maupun di halaman istana negara serta taman kantor kementerian akan ada bonsai yang turut menghiasinya.
Atas dasar itu pula, maka sejak kini para pembonsai di PPU harus menyiapkan diri dari sekarang, mulai dari penguatan kelembagaan hingga penguatan kapasitas diri sehingga ke depan berdaya saing bukan hanya dari teknik membentuk bonsai, tapi juga mampu bersaing membangun taman.
"Kelak para pembonsai di PPU ini tidak sekedar mencetak keindahan melalui seni bonsai, tapi juga bisa berpenghidupan dari karya seninya, makanya kita terus memacu diri meningkatkan keterampilan membentuk bonsai sekaligus membentuk taman karena di komunitas ini juga banyak yang ahli membuat taman," ucap Suji yang juga anggota DPRD PPU ini.
Sehari sebelumnya, saat pertemuan para pecinta bonsai untuk dua kabupaten, yakni Kabupaten Paser dan Kabupaten PPU di Desa Gunung Makmur, Babulu, PPU, Sujiati juga menyampaikan hal yang sama, termasuk memberikan semangat kepada mereka yang hadir untuk terus berkarya dan meningkatkan keterampilan diri.
Dalam kesempatan itu, Joko Sudibyo (48), seorang petani bonsai dari Desa Sekurau Jaya, Long Ikis, Paser, menceritakan bahwa ia sudah 30 tahun menjadi penghobi bonsai, kemudian dalam 3 tahun terakhir meningkatkan diri menjadi petani bonsai. Di desanya terdapat 8 petani bonsai, termasuk dirinya.
Ia menuturkan dulunya pernah menjual satu pot bonsai asam seharga Rp30 juta, sedangkan baru-baru ini, ia pun menjual beberapa bonsainya seharga Rp50 juta, kemudian ditambah dengan tabungannya Rp40 juta untuk dibelikan mobil triton bekas seharga Rp90 juta. Mobil tersebut kini menjadi kendaraan favoritnya.
"Bonsai yang saya jual saat ini harganya variatif tergantung besar dan kecilnya, lama perawatan, hingga model maupun karakter bonsai. Tapi harga paling murah Rp3 juta, sedangkan harga paling tinggi saat ini adalah Rp20 juta. Itu harga bonsai di lahan saya, kalau punya yang lain, saya tidak tahu," ucap Dibyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Setelah nanti kepengurusan asosiasi resmi terbentuk, kemudian didaftarkan di organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar menjadi lembaga yang memiliki legalitas," ujar seorang pecinta bonsai di Kabupaten PPU Sujiati di Babulu, Minggu.
Ia menuturkan bahwa penguatan kelembagaan untuk para pembonsai tersebut saat ini merupakan kebutuhan untuk menyongsong pindahnya Ibu Kota Negara (IKN) RI ke PPU dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga semangat pembonsai untuk berkarya makin meningkat.
Pecinta maupun pembentuk bonsai, lanjutnya, merupakan pelaku yang memiliki jiwa seni tinggi, terbukti dengan kemampuan imajinasi dan kreativitasnya yang mampu membentuk tanaman biasa menjadi luar biasa indahnya, sehingga banyak orang tertarik.
Untuk itu, dengan kehadiran IKN di PPU, akan ada istana negara dan akan ada kantor kementerian, sehingga dimungkinkan di taman-taman maupun di halaman istana negara serta taman kantor kementerian akan ada bonsai yang turut menghiasinya.
Atas dasar itu pula, maka sejak kini para pembonsai di PPU harus menyiapkan diri dari sekarang, mulai dari penguatan kelembagaan hingga penguatan kapasitas diri sehingga ke depan berdaya saing bukan hanya dari teknik membentuk bonsai, tapi juga mampu bersaing membangun taman.
"Kelak para pembonsai di PPU ini tidak sekedar mencetak keindahan melalui seni bonsai, tapi juga bisa berpenghidupan dari karya seninya, makanya kita terus memacu diri meningkatkan keterampilan membentuk bonsai sekaligus membentuk taman karena di komunitas ini juga banyak yang ahli membuat taman," ucap Suji yang juga anggota DPRD PPU ini.
Sehari sebelumnya, saat pertemuan para pecinta bonsai untuk dua kabupaten, yakni Kabupaten Paser dan Kabupaten PPU di Desa Gunung Makmur, Babulu, PPU, Sujiati juga menyampaikan hal yang sama, termasuk memberikan semangat kepada mereka yang hadir untuk terus berkarya dan meningkatkan keterampilan diri.
Dalam kesempatan itu, Joko Sudibyo (48), seorang petani bonsai dari Desa Sekurau Jaya, Long Ikis, Paser, menceritakan bahwa ia sudah 30 tahun menjadi penghobi bonsai, kemudian dalam 3 tahun terakhir meningkatkan diri menjadi petani bonsai. Di desanya terdapat 8 petani bonsai, termasuk dirinya.
Ia menuturkan dulunya pernah menjual satu pot bonsai asam seharga Rp30 juta, sedangkan baru-baru ini, ia pun menjual beberapa bonsainya seharga Rp50 juta, kemudian ditambah dengan tabungannya Rp40 juta untuk dibelikan mobil triton bekas seharga Rp90 juta. Mobil tersebut kini menjadi kendaraan favoritnya.
"Bonsai yang saya jual saat ini harganya variatif tergantung besar dan kecilnya, lama perawatan, hingga model maupun karakter bonsai. Tapi harga paling murah Rp3 juta, sedangkan harga paling tinggi saat ini adalah Rp20 juta. Itu harga bonsai di lahan saya, kalau punya yang lain, saya tidak tahu," ucap Dibyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020