Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memprediksi pertumbuhan ekonomi di daerah ini tetap tumbuh positif di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), meski mengalami koreksi 0,60 persen dari perkiraan sebelumnya.
 

"Perekonomian Kaltim awalnya diperkirakan tumbuh positif triwulan 1-2020 sebesar 1,9 persen hingga 2,3 persen (yoy), namun bisa terkoreksi hingga 0,60 persen dari yang diproyeksikan sebelum mewabahnya COVlD-19," ujar Kepala BI KPw Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono dalam rilisnya, Rabu malam.

Dari sisi pengeluaran, kinerja ekspor luar negeri Kaltim diperkirakan masih cukup kuat menopang penurunan konsumsi, terutama yang terdampak paling signifikan oleh pandemi.

"Sebagaimana perkiraan kami sebelum COVID-19 merebak, pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2020 sudah mengalami perlambatan. Jika COVID-19 bisa ditangani dalam beberapa bulan ke depan, maka pertumbuhan ekonomi Kaltim bisa lebih rendah lagi, namun tetap positif," katanya.

Ia menjelaskan, wabah COVlD-19 telah memberikan tekanan terhadap perekonomian dunia dan menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global.

Kebijakan lockdown yang ditempuh sejumlah negara untuk mencegah penyebaran COVID-19, turut memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia.

Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah RI untuk memutus mata rantai penyebaran Corona, seperti melalui pembatasan kegiatan (social distancing) juga turut menekan perekonomian lebih lanjut.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, lanjutnya, menunjukkan kinerja ekspor masih cukup baik di tengah perekonomian dunia yang tertekan, yakni masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 0,55 persen (yoy) untuk ekspor migas, kemudian 4,51 persen (yoy) untuk ekspor nonmigas.

Sementara itu, berdasarkan lapangan usaha, sektor pertambangan masih menjadi andalan ekonomi Kaltim dalam menghadapi tekanan dari dampak COVID-19.

"Berdasarkan data dari Ditjen Bea dan Cukai, volume ekspor batu bara pada Februari 2020 tumbuh 2,25 persen (yoy), bahkan ekspor ke Tiongkok yang sedang lockdown pun masih tumbuh 31,49 persen (yoy)," katanya.

Lapangan usaha lainnya terdampak signifikan dengan mewabahnya COVID-19, terutama sektor perdagangan, transportasi, dan akomodasi. Kebijakan social distancing menyebabkan kegiatan jual-beli, pengumpulan masa, berbagai kegiatan, dan tingkat inap mengalami penurunan.

BI, lanjutnya, turut mendukung upaya pemerintah dalam memprioritaskan aspek kesehatan dan kemanusiaan untuk menekan penyebaran COVID-19.

Meskipun dampak dari kebijakan tersebut dalam jangka pendek cukup signifikan dalam menekan perekonomian, namun apabila penyebaran virus berlangsung lebih lama, dampaknya terhadap ekonomi akan lebih besar.

"Guna meminimalisir dampak negatif COVID-19, BI terus bersinergi dengan pemerintah untuk mendorong pemberian stimulus terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, UMKM, dan industri lain yang terdampak," ucap Tutuk.

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020