Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Antrean kendaraan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Samarinda, Kalimantan Timur, masih terus berlangsung.
Berdasarkan pantauan, sejak Senin siang, pihak SPBU di Jalan Juanda terlihat memasang pengumuman "stok premium habis".
Sementara, sejak pagi antrean panjang kendaraan baik roda dua maupun roda empat terlihat di sejumlah SPBU di antaranya di Jalan Kusuma Bangsa, Jalan RE Martadinata dan Jalan Slamet Riyadi.
Bahkan, pada Senin sore pihak SPBU di Jalan Kusuma Bangsa terlihat menutup pintu dan kembali memasang pengumuman "premium masih dalam pengiriman".
"Saya malas membeli bensin di SPBU karena antreannya cukup panjang. Saya terpaksa membeli bensin di pengecer walaupun harganya lebih mahal dan takarannya juga kurang," ungkap seorang warga Samarinda, Slamet.
Walaupun tidak separah pada Maret 2012 atau menjelang diumumkannya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), namun antrean di SPBU terus berlangsung.
"Parahnya, selain setiap hari terjadi antrean, pada tiap sore banyak SPBU yang juga kehabisan stok BBM. Awalnya, memang solar yang sering habis tetapi sejak sepekan terakhir pihak SPBU juga terlihat memasang pengumuman stok bensin habis," kata Warga tadi.
Walaupun Pemerintah Kota Samarinda telah menerbitkan Peraturan Wali Kota Nomer 19 tahun 2012 tentang Pengaturan Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non-subsidi bagi Kegiatan di Bidang Pertambangan Batu bara dan Jenis Kendaraan Pribadi namun dari pantauan, tidak terlihat adanya petugas di SPBU yang memantau penjualan BBM.
Bahkan, belasan kendaran roda dua yang memiliki tangki berkapasitas BBM lebih 1o liter setiap hari terlihat mengantre di SPBU.
"Semestinya, ada petugas yang mengawasi antrean di SPBU khususnya di Jalan Kusuma Bangsa sebab setiap hari banyak motor yang tangkinya berkapasitas lebih 10 liter melakukan pembelian berulang-ulang," ungkap seorang warga Samarinda lainnya, Rahman.
Sebelumnya, Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak mengakui, minimnya pasokan BBM tersebut akibat pengurangan kuota dari pemerintah pusat.
"Kondisi ini tidak hanya terjadi di Kaltim tetapi juga tiga provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Bersama para gubernur se-Kalimantan kami telah mengajukan penambahan kuota tersebut," kata Awang Faroek Ishak.
Dengan kuota BBM yang kurang tersebut, lanjut dia, Kaltim tidak akan mampu menggerakkan ekonomi.
Desakan penambahan kuotan BBM itu, menurut Awang Faroek Ishak, wajar sebab Provinsi Kaltim merupakan salah satu penghasil minyak dan gas di Indonesia.
"Jadi, wajar jika kami meminta perhatian terkait kebutuhan BBM ini sebab Kaltim sebagai salah satu penghasil minyak dan gas, tetapi justru mengalami krisis," katanya.
Provinsi Kaltim maupun tiga provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, kata Awang Faroek Ishak, tidak akan meminta jatah BBM berlebihan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Berdasarkan pantauan, sejak Senin siang, pihak SPBU di Jalan Juanda terlihat memasang pengumuman "stok premium habis".
Sementara, sejak pagi antrean panjang kendaraan baik roda dua maupun roda empat terlihat di sejumlah SPBU di antaranya di Jalan Kusuma Bangsa, Jalan RE Martadinata dan Jalan Slamet Riyadi.
Bahkan, pada Senin sore pihak SPBU di Jalan Kusuma Bangsa terlihat menutup pintu dan kembali memasang pengumuman "premium masih dalam pengiriman".
"Saya malas membeli bensin di SPBU karena antreannya cukup panjang. Saya terpaksa membeli bensin di pengecer walaupun harganya lebih mahal dan takarannya juga kurang," ungkap seorang warga Samarinda, Slamet.
Walaupun tidak separah pada Maret 2012 atau menjelang diumumkannya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), namun antrean di SPBU terus berlangsung.
"Parahnya, selain setiap hari terjadi antrean, pada tiap sore banyak SPBU yang juga kehabisan stok BBM. Awalnya, memang solar yang sering habis tetapi sejak sepekan terakhir pihak SPBU juga terlihat memasang pengumuman stok bensin habis," kata Warga tadi.
Walaupun Pemerintah Kota Samarinda telah menerbitkan Peraturan Wali Kota Nomer 19 tahun 2012 tentang Pengaturan Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non-subsidi bagi Kegiatan di Bidang Pertambangan Batu bara dan Jenis Kendaraan Pribadi namun dari pantauan, tidak terlihat adanya petugas di SPBU yang memantau penjualan BBM.
Bahkan, belasan kendaran roda dua yang memiliki tangki berkapasitas BBM lebih 1o liter setiap hari terlihat mengantre di SPBU.
"Semestinya, ada petugas yang mengawasi antrean di SPBU khususnya di Jalan Kusuma Bangsa sebab setiap hari banyak motor yang tangkinya berkapasitas lebih 10 liter melakukan pembelian berulang-ulang," ungkap seorang warga Samarinda lainnya, Rahman.
Sebelumnya, Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak mengakui, minimnya pasokan BBM tersebut akibat pengurangan kuota dari pemerintah pusat.
"Kondisi ini tidak hanya terjadi di Kaltim tetapi juga tiga provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Bersama para gubernur se-Kalimantan kami telah mengajukan penambahan kuota tersebut," kata Awang Faroek Ishak.
Dengan kuota BBM yang kurang tersebut, lanjut dia, Kaltim tidak akan mampu menggerakkan ekonomi.
Desakan penambahan kuotan BBM itu, menurut Awang Faroek Ishak, wajar sebab Provinsi Kaltim merupakan salah satu penghasil minyak dan gas di Indonesia.
"Jadi, wajar jika kami meminta perhatian terkait kebutuhan BBM ini sebab Kaltim sebagai salah satu penghasil minyak dan gas, tetapi justru mengalami krisis," katanya.
Provinsi Kaltim maupun tiga provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, kata Awang Faroek Ishak, tidak akan meminta jatah BBM berlebihan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012