Menara telekomunikasi di Kampung Long Apari, di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia, akan berfungsi kembali setelah sembilan bulan terakhir tidak aktif.
"Rabu ini ada tim yang berangkat dari Ujoh Bilang ke Long Apari. Mereka akan mengganti sejumlah peralatan yang rusak," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfostandi) Kabupaten Mahulu Nasution Hibau Djaang di Ujoh Bilang, Rabu.
Ia menjelaskan, menara telekomunikasi tersebut tidak aktif sejak Maret 2019, karena tidak tersedianya anggaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM), termasuk tidak adanya anggaran pemeliharaan dalam Daftar Pengisian Anggaran (DPA) pada dinas yang dipimpinnya itu.
Anggaran untuk pembelian BBM dan biaya pemeliharaan tersebut kemudian diusulkan dalam APBD Perubahan Mahulu tahun ini, bahkan kini telah masuk ada dalam DPA Perubahan Diskominfostandi.
Namun, keluh dia lagi, dalam perkembangannya ternyata ada lagi masalah baru yang muncul, yakni Base Transceiver Station (BTS) pada menara telekomunikasi tersebut terbakar.
Terbakarnya BTS tersebut karena ketika masyarakat ingin mendapatkan sinyal nirkabel, mereka menggunakan mesin genset kecil untuk mengaktifkan BTS di menara itu dengan membeli BBM sendiri.
"Mengingat daya listrik yang dikeluarkan dari genset masyarakat berkapasital kecil, maka arus listrik untuk menghidupkan BTS tidak stabil. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terbakarnya infenter dan modem," tuturnya.
Ia juga mengatakan, pihak ketiga yang menyiapkan BBM untuk menara telekomunikasi tersebut, sejak bulan Oktober sudah diperintahkan untuk melakukan pengadaan BBM.
"Pemkab Mahulu bersama DPRD setempat sangat serius dalam menangani jaringan komunikasi. Bahkan Bupati dan Ketua DPRD Mahulu bersama sejumlah anggota sudah melakukan audensi dengan Kemenkominfo untuk pembangunan jaringan komunikasi di Mahulu," ucap Hibau.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
"Rabu ini ada tim yang berangkat dari Ujoh Bilang ke Long Apari. Mereka akan mengganti sejumlah peralatan yang rusak," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfostandi) Kabupaten Mahulu Nasution Hibau Djaang di Ujoh Bilang, Rabu.
Ia menjelaskan, menara telekomunikasi tersebut tidak aktif sejak Maret 2019, karena tidak tersedianya anggaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM), termasuk tidak adanya anggaran pemeliharaan dalam Daftar Pengisian Anggaran (DPA) pada dinas yang dipimpinnya itu.
Anggaran untuk pembelian BBM dan biaya pemeliharaan tersebut kemudian diusulkan dalam APBD Perubahan Mahulu tahun ini, bahkan kini telah masuk ada dalam DPA Perubahan Diskominfostandi.
Namun, keluh dia lagi, dalam perkembangannya ternyata ada lagi masalah baru yang muncul, yakni Base Transceiver Station (BTS) pada menara telekomunikasi tersebut terbakar.
Terbakarnya BTS tersebut karena ketika masyarakat ingin mendapatkan sinyal nirkabel, mereka menggunakan mesin genset kecil untuk mengaktifkan BTS di menara itu dengan membeli BBM sendiri.
"Mengingat daya listrik yang dikeluarkan dari genset masyarakat berkapasital kecil, maka arus listrik untuk menghidupkan BTS tidak stabil. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terbakarnya infenter dan modem," tuturnya.
Ia juga mengatakan, pihak ketiga yang menyiapkan BBM untuk menara telekomunikasi tersebut, sejak bulan Oktober sudah diperintahkan untuk melakukan pengadaan BBM.
"Pemkab Mahulu bersama DPRD setempat sangat serius dalam menangani jaringan komunikasi. Bahkan Bupati dan Ketua DPRD Mahulu bersama sejumlah anggota sudah melakukan audensi dengan Kemenkominfo untuk pembangunan jaringan komunikasi di Mahulu," ucap Hibau.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019