Bank Indonesia (BI) secara konsisten akan terus melakukan analisa perkembangan perekonomian dan inflasi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terkini, guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5 plus minus 1 persen (yoy).


"Selain analisa, langkah koordinasi di level atas tetap dilakukan oleh seluruh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim untuk memastikan pencapaian inflasi sesuai dengan target tersebut," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Tutuk S.H Cahyono di Samarinda, Sabtu.

BI Provinsi Kaltim dan segenap pihak terkait yang tergabung dalam TPID, lanjutnya, senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi Kaltim, harapannya adalah agar langsung bisa diambil tindakan tepat jika ada gejala akan terjadi inflasi.

Sedangkan dalam upaya antisipatif kenaikan harga bawang merah menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), TPID Kota Samarinda mempersiapkan konsep kerja sama dengan Pemkab Brebes yang melibatkan Perusda Kaltim, yakni Perusahaan Daerah Pergudangan dan Aneka Usaha (PD PAU).

Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan Kaltim yang mengalami deflasi (penurunan) pada Oktober 2019 yang tercatat 0,37 persen, merupakan salah satu keberhasilan TPID Kaltim dalam menekan pergerakan harga.

Ia menuturkan bahwa secara nasional, IHK Oktober 2019 mengalami inflasi sebesar 0,02 persen, setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (mtm).

Deflasi IHK Kaltim terutama didorong oleh deflasi kelompok bahan makanan yang bersumber dari komoditas ikan layang/benggol dan kelompok transportasi. Deflasi pada komoditas benggol disebabkan oleh arus gelombang dan cuaca yang kembali kondusif.

Berdasarkan kota pembentuknya, maka deflasi Kaltim berasal dari Balikpapan dan Samarinda. Deflasi di Balikpapan tercatat sebesar 0,69 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 0,03 persen.

Deflasi tersebut dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, khususnya kangkung, dan kelompok transportasi maupun komunikasi yang bersumber dari penurunan tarif angkutan udara.

Komoditas kangkung di Balikapapan mengalami penurunan harga (deflasi) sebesar 26,26 persen dan untuk tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 8,99 persen, sehingga hal ini memberikan andil terhadap deflasi masing masing yang sebesar 0,20 persen dan 0,33 persen.

Sementara itu, deflasi IHK di Kota Samarinda tercatat sebesar 0,12 persen (mtm), lebih rendah ketimbang deflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,46 persen.

"Deflasi di Kota Samarinda dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, terutama komoditas ikan layang/benggol dan tongkol yang mengalami deflasi sebesar 13,73 persen dan 12.80 persen serta memiliki andil sebesar 0,10 persen dan 0,06 persen terhadap deflasi Samarinda," kata Tutuk.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019