Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Sosialisasi Kebijakan Perlindungan Anak Dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme, untuk menjadi bekal dalam upaya pencegahan dan penanganan anak korban stigmatisasi.

"Peremupuan bisa menjadi benteng utama untuk menangkal paham terorisme dalam keluarga," ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  DKP3A  Provinsi Kaltim, Noer Adenany saat sosialisasi tersebut di Samarinda, Jumat.

Sosialisasi ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan, seperti perwakilan organisasi perangkat daerah, lembaga masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, akdemisi, guru, Bhabinkamtibmas, Babinsa, PKK, perwakilan OSIS, Forum Anak, dan aktivis. Hadir pula sejumlah awak media.

Dalam kesempatan itu Nany menjelaskan, maraknya aksi terorisme menyebabkan korban anak dan perempuan luka-luka, bahkan diantaranya ada yang tewas. Keprihatinan juga muncul karena adanya terduga terorisme yang melibatkan keluarga, anak dan perempuan dalam aksi tersebut.

Selain itu, anak remaja juga rentan disusupi paham radikalisme. Pada remaja, kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh nilai yang didapatnya dari lingkungan sosial dan keluarga.

Ini terjadi karena masa remaja adalah masa transisi dari periode anak menuju dewasa, mengingat remaja berada pada masa "badai topan" yang berarti memiliki jiwa dan semangat kuat yang diibaratkan semangatnya meletup-letup karena ingin diakui keberadaan maupun jati dirinya.

"Sementara pada perempuan, ada pula ikatan kuat pada hubungan suami istri sehingga perempuan menjadi pengikut setia pada suami, sehingga bisa merasakan hal yang sama oleh doktrin yang ditanamkan oleh suami," terangnya.

Meski demikian, lanjutnya peranan ibu juga menjadi penting untuk menangkal radikalisme, asalkan sebelumnya mendapat pemahaman yang memadai terhadap tindakan terorisme dan makna bermasyarakat yang mengutamakan kemanusiaan.

"Mengapa benteng utama penangkalan paham radikal terorisme adalah peran ibu dan perempuan dalam keluarga, karena peran perempuan sangat strategis dalam edukasi dan literasi terhadap keluarga, khususnya anak-anak agar terhindar dari paham kekerasan dan terorisme," jelasnya.

Diharapkan sosialisasi yang mendatangkan sejumlah narasumber berkompeten di bidang masing-masing ini, dapat menjadi bekal dalam upaya pencegahan dan penanganan anak korban stigmatisasi dan anak korban jaringan terorisme.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019