Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Dua minggu menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak, antrean kendaraan pembeli BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) "Kota Minyak" Balikpapan, Kalimantan Timur, semakin panjang dan lebar.
Pengendara sepeda motor yang biasanya tidak perlu antre panjang, pada Sabtu (17/3), harus menunggu giliran pengisian dalam waktu lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya.
"Saya terpaksa ikut antre di pom bensin. Pedagang bensin botolan langganan saya tidak jualan," kata Darmawan, warga Jalan Pattimura, Batu Ampar, Balikpapan Utara.
Tidak hanya penjual bensin eceran langganan Darmawan di dekat Terminal Batu Ampar yang tidak berdagang. Hampir seluruh penjual bensin eceran di seantero Balikpapan memang tidak bisa berjualan karena tidak dapat membeli BBM di SPBU untuk dijual.
"Selain itu Satpol PP kini tegas, mas. Kalau jualan dan tertangkap, barang dagangan kita diangkat. Repot. Untungnya tidak seberapa, urusannya `ribet`," kata Agus, pemilik warung kopi di KM 5,5 Jalan Soekarno-Hatta yang sebelumnya juga berjualan bensin dan solar dalam botol.
Karena tidak punya pilihan lain, Darmawan kemudian ikut antre di Stasiun Pengisin Bahan Bakar Umum (SPBU) Km 4 Jalan Soekarno-Hatta.
Di SPBU itu, pengendara motor yang memulai ikut antrean pukul 18.09 Wita baru mendapatkan pertamax pukul 19.29 Wita.
Pada antrean khusus sepeda motor, dari pompa tempat tangki kendaraan diisi hingga ke gerbang SPBU, panjang antrean tidak kurang 150 meter.
Sebelum sampai ke depan pompa pengisian, antrean terdiri dari empat jalur, bahkan di depan gerbang hingga enam jalur.
"Premium sudah habis ketika kami baru sampai separo jalan, sekitar pukul 18.45 Wita," kata Sunu Wardono, pengantre.
Begitu petugas SPBU mengumumkan premium habis, sebagian pengantre tetap bertahan, kemudian membeli pertamax yang harganya dua kali bensin.
"Sudah telanjur lama antre, jalan terus," kata Sunu.
Lagi pula ujarnya, dengan oktan atau kemampuan bakar yang lebih tinggi, membeli pertamax sesungguhnya konsumen tidak rugi.
Menurut Sunu yang mekanik mobil, karena oktannya yang tinggi itu, pertamax bisa lebih hemat dari premium.
"Kelemahannya, karena tidak disubsidi, harganya jadi dua kali lipat premium," kata Sunu meringis.
Antre BBM di sore hari hingga menjekang Isya merupakan kecenderungan warga Balikpapan supaya tidak tersiksa terik matahari.
Melayani begitu banyak pembeli, membuat SPBU mengerahkan tiga pekerja pada satu pompa, seorang orang bertugas menuang atau mengisi BBM ke tangki kendaraan, satu orang memasukkan data jumlah BBM permintaan beli, atau juga memasukkan nilai nominal uang pembelian untuk dikonversi dengan jumlah BBM di mesin pompa, dan seorang lagi menerima uang dan memberikan uang kembalian bila ada kelebihan.
Kecepatan mereka melayani pembeli rata-rata 15-20 detik per motor. "Sejak pukul 18.00 tadi, kami melayani tidak kurang dari 350 motor, dan kira-kira 10-an mobil," kata Aisyah, petugas pengisian.
Selama periode 80 menit antrean itu, polisi mengamankan dua seorang yang diduga pengetap.
Menurut awak SPBU, mereka mengenal orang-orang tersebut karena memang sering muncul di pompa bensin.
Menjelang malam itu, memang sudah tidak ada lagi antrean truk-truk besar.
Sudah lama, tidak saja saat menjelang harga BBM dinaikkan, solar sebanyak 10.000 liter jatah SPBU itu habis dalam 2 jam, atau paling lama 4 jam.
Pada waktu biasa, SPBU buka pukul 07.00 pagi, solar dan bensin bersubsidi jatah SPBU dari Pertamina tiba pukul 08.00, dibongkar lebih kurang dalam 1 jam, dan pukul 09.00 sudah bisa melayani pembeli solar yang pertama.
"Biasanya sebelum tengah hari solar sudah habis," tutur Aisyah.
Dengan kebijakan Pemkot Balikpapan untuk membatasi waktu pembelian solar agar truk-truk yang antre itu tidak memacetkan jalan, perilaku para sopir truk berubah. Mereka mengikuti jadwal tersebut.
"Mereka baru akan mulai antre menjelang pukul 21.00 untuk penjualan pukul 23.00 Wita," kata Aisyah. Saat itu, ia sudah boleh pulang untuk digantikan teman lainnya.
Balikpapan memiliki 14 buah SPBU yang tersebar di seluruh kota. Antrean di SPBU Km 4 memacetkan jalan karena di bagian ini Jalan Soekarno-Hatta menyempit, sementara para pengantre adalah truk-truk raksasa yang lebarnya saja antara 2,5 hingga 3 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Pengendara sepeda motor yang biasanya tidak perlu antre panjang, pada Sabtu (17/3), harus menunggu giliran pengisian dalam waktu lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya.
"Saya terpaksa ikut antre di pom bensin. Pedagang bensin botolan langganan saya tidak jualan," kata Darmawan, warga Jalan Pattimura, Batu Ampar, Balikpapan Utara.
Tidak hanya penjual bensin eceran langganan Darmawan di dekat Terminal Batu Ampar yang tidak berdagang. Hampir seluruh penjual bensin eceran di seantero Balikpapan memang tidak bisa berjualan karena tidak dapat membeli BBM di SPBU untuk dijual.
"Selain itu Satpol PP kini tegas, mas. Kalau jualan dan tertangkap, barang dagangan kita diangkat. Repot. Untungnya tidak seberapa, urusannya `ribet`," kata Agus, pemilik warung kopi di KM 5,5 Jalan Soekarno-Hatta yang sebelumnya juga berjualan bensin dan solar dalam botol.
Karena tidak punya pilihan lain, Darmawan kemudian ikut antre di Stasiun Pengisin Bahan Bakar Umum (SPBU) Km 4 Jalan Soekarno-Hatta.
Di SPBU itu, pengendara motor yang memulai ikut antrean pukul 18.09 Wita baru mendapatkan pertamax pukul 19.29 Wita.
Pada antrean khusus sepeda motor, dari pompa tempat tangki kendaraan diisi hingga ke gerbang SPBU, panjang antrean tidak kurang 150 meter.
Sebelum sampai ke depan pompa pengisian, antrean terdiri dari empat jalur, bahkan di depan gerbang hingga enam jalur.
"Premium sudah habis ketika kami baru sampai separo jalan, sekitar pukul 18.45 Wita," kata Sunu Wardono, pengantre.
Begitu petugas SPBU mengumumkan premium habis, sebagian pengantre tetap bertahan, kemudian membeli pertamax yang harganya dua kali bensin.
"Sudah telanjur lama antre, jalan terus," kata Sunu.
Lagi pula ujarnya, dengan oktan atau kemampuan bakar yang lebih tinggi, membeli pertamax sesungguhnya konsumen tidak rugi.
Menurut Sunu yang mekanik mobil, karena oktannya yang tinggi itu, pertamax bisa lebih hemat dari premium.
"Kelemahannya, karena tidak disubsidi, harganya jadi dua kali lipat premium," kata Sunu meringis.
Antre BBM di sore hari hingga menjekang Isya merupakan kecenderungan warga Balikpapan supaya tidak tersiksa terik matahari.
Melayani begitu banyak pembeli, membuat SPBU mengerahkan tiga pekerja pada satu pompa, seorang orang bertugas menuang atau mengisi BBM ke tangki kendaraan, satu orang memasukkan data jumlah BBM permintaan beli, atau juga memasukkan nilai nominal uang pembelian untuk dikonversi dengan jumlah BBM di mesin pompa, dan seorang lagi menerima uang dan memberikan uang kembalian bila ada kelebihan.
Kecepatan mereka melayani pembeli rata-rata 15-20 detik per motor. "Sejak pukul 18.00 tadi, kami melayani tidak kurang dari 350 motor, dan kira-kira 10-an mobil," kata Aisyah, petugas pengisian.
Selama periode 80 menit antrean itu, polisi mengamankan dua seorang yang diduga pengetap.
Menurut awak SPBU, mereka mengenal orang-orang tersebut karena memang sering muncul di pompa bensin.
Menjelang malam itu, memang sudah tidak ada lagi antrean truk-truk besar.
Sudah lama, tidak saja saat menjelang harga BBM dinaikkan, solar sebanyak 10.000 liter jatah SPBU itu habis dalam 2 jam, atau paling lama 4 jam.
Pada waktu biasa, SPBU buka pukul 07.00 pagi, solar dan bensin bersubsidi jatah SPBU dari Pertamina tiba pukul 08.00, dibongkar lebih kurang dalam 1 jam, dan pukul 09.00 sudah bisa melayani pembeli solar yang pertama.
"Biasanya sebelum tengah hari solar sudah habis," tutur Aisyah.
Dengan kebijakan Pemkot Balikpapan untuk membatasi waktu pembelian solar agar truk-truk yang antre itu tidak memacetkan jalan, perilaku para sopir truk berubah. Mereka mengikuti jadwal tersebut.
"Mereka baru akan mulai antre menjelang pukul 21.00 untuk penjualan pukul 23.00 Wita," kata Aisyah. Saat itu, ia sudah boleh pulang untuk digantikan teman lainnya.
Balikpapan memiliki 14 buah SPBU yang tersebar di seluruh kota. Antrean di SPBU Km 4 memacetkan jalan karena di bagian ini Jalan Soekarno-Hatta menyempit, sementara para pengantre adalah truk-truk raksasa yang lebarnya saja antara 2,5 hingga 3 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012