Samarinda, (ANTARA News Kaltim) - Pemerintah pusat menjadikan tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yaitu Kutai Barat, Paser, dan Nunukan sebagai daerah percontohan pemberantasan penyakit kaki gajah atau filariasis.
"Ketiga kabupaten itu dijadikan percontohan karena masih banyak warga yang menderita penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim M Syafak Hanung di Samarinda, Kamis.
Sebenarnya, lanjut dia, Kabupaten Kutai Kartanegara juga termasuk daerah endemi filariasis, namun komitmen pemberantasannya dilakukan oleh tiga daerah tersebut sehingga ketiganya dijadikan pilot project.
Saat ini jumlah kasus kronis kaki gajah di Kaltim sebanyak 409 penderita, sedangkan jumlah kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Paser dengan jumlah 153 penderita.
Menurutnya, penyakit filariasis disebabkan oleh cacing yang ditularkan kepada manusia oleh gigitan nyamuk. Jenis nyamuk pembawa bibit penyakit ini banyak terdapat di sawah, rawa-rawa, dan saluran air terutama di daerah perdesaan.
Jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit terdapat 23 spesies dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres, sehingga filariasis dapat menular dengan cepat.
Jika penanganan penyakit kaki gajah ini berhasil, tiga kabupaten itu akan mendapat sertifikasi dari United States Agency for International Development (USAID), Badan Pengembangan International Amerika Serikat yang turut dalam pendanaan pemberantasan penyakit di Kaltim.
Selain komitmen dari Pemprov Kaltim, penanganan penyakit kaki gajah juga perlu komitmen dari pemerintah kabupaten dan DPRD setempat untuk penganggaran dana pemberantasannya.
"Kami di provinsi akan mendukung dan siap memberi pendampingan kepada kabupaten atau kota agar penyakit filariasis ini dapat terputus penyebarannya," katanya.
Kaki gajah masih menjadi penyakit yang mengkhawatirkan karena dapat menurunkan produktivitas penderitanya, yakni sulit menggerakkan kaki yang membengkak hingga sebesar kaki gajah.
Gejala yang sering dialami penderita adalah demam tinggi dan pembengkakan pembuluh limpa, atau hampir sama dengan demam lainnya.
Penyakit kaki gajah memang tidak mematikan seperti halnya demam berdarah dan malaria, tetapi mengganggu dan menurunkan ekonomi keluarga karena penderitanya tidak dapat beraktivitas normal.
Pemberantasan penyakit kaki gajah masih cukup sulit dan memakan waktu serta biaya besar, karena untuk memutus rantai penyebarannya baik penderita maupun nyamuk pembawa penyakitnya, harus dilakukan berturut-turut selama lima tahun.
Eliminasi penyakit ini harus dilakukan oleh kabupaten masing-masing, tidak bisa sepotong-sepotong per kecamatan atau terhenti, namun harus menyeluruh dan pengobatan untuk penderitanya harus selama lima tahun.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Ketiga kabupaten itu dijadikan percontohan karena masih banyak warga yang menderita penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim M Syafak Hanung di Samarinda, Kamis.
Sebenarnya, lanjut dia, Kabupaten Kutai Kartanegara juga termasuk daerah endemi filariasis, namun komitmen pemberantasannya dilakukan oleh tiga daerah tersebut sehingga ketiganya dijadikan pilot project.
Saat ini jumlah kasus kronis kaki gajah di Kaltim sebanyak 409 penderita, sedangkan jumlah kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Paser dengan jumlah 153 penderita.
Menurutnya, penyakit filariasis disebabkan oleh cacing yang ditularkan kepada manusia oleh gigitan nyamuk. Jenis nyamuk pembawa bibit penyakit ini banyak terdapat di sawah, rawa-rawa, dan saluran air terutama di daerah perdesaan.
Jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit terdapat 23 spesies dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres, sehingga filariasis dapat menular dengan cepat.
Jika penanganan penyakit kaki gajah ini berhasil, tiga kabupaten itu akan mendapat sertifikasi dari United States Agency for International Development (USAID), Badan Pengembangan International Amerika Serikat yang turut dalam pendanaan pemberantasan penyakit di Kaltim.
Selain komitmen dari Pemprov Kaltim, penanganan penyakit kaki gajah juga perlu komitmen dari pemerintah kabupaten dan DPRD setempat untuk penganggaran dana pemberantasannya.
"Kami di provinsi akan mendukung dan siap memberi pendampingan kepada kabupaten atau kota agar penyakit filariasis ini dapat terputus penyebarannya," katanya.
Kaki gajah masih menjadi penyakit yang mengkhawatirkan karena dapat menurunkan produktivitas penderitanya, yakni sulit menggerakkan kaki yang membengkak hingga sebesar kaki gajah.
Gejala yang sering dialami penderita adalah demam tinggi dan pembengkakan pembuluh limpa, atau hampir sama dengan demam lainnya.
Penyakit kaki gajah memang tidak mematikan seperti halnya demam berdarah dan malaria, tetapi mengganggu dan menurunkan ekonomi keluarga karena penderitanya tidak dapat beraktivitas normal.
Pemberantasan penyakit kaki gajah masih cukup sulit dan memakan waktu serta biaya besar, karena untuk memutus rantai penyebarannya baik penderita maupun nyamuk pembawa penyakitnya, harus dilakukan berturut-turut selama lima tahun.
Eliminasi penyakit ini harus dilakukan oleh kabupaten masing-masing, tidak bisa sepotong-sepotong per kecamatan atau terhenti, namun harus menyeluruh dan pengobatan untuk penderitanya harus selama lima tahun.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012