Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mengharapkan kehadiran pendamping untuk memajukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), karena banyak potensi yang bisa dijalankan oleh BUMDes.
 

"Potensi usaha yang bisa dijalankan oleh BUMDes di desa kami antara lain gula merah, produksi olahan dari singkong gajah, wisata alam seperti air terjun, dan sejumlah potensi lainnya," ujar Kepala Desa Kedang Ipil, Kuspawansyah di desanya, Jumat.

Ia menuturkan bahwa dua tahun lalu ada pihak ketiga yang datang ke desanya untuk melakukan pendampingan dalam menjalankan usaha BUMDes.

Saat masih ada pendamping, usaha yang dijalankan berjalan lancar, terutama dalam pengolahan singkong gajah menjadi tepung tapioka dan tepung mocaf. Bahkan tepung tersebut juga pernah memiliki pasar di luar kecamatan.

Saat itu Desa Kedang Ipil juga terkenal hingga ke luar daerah karena banyak desa lain yang datang ke Kedang Ipil untuk belajar usaha ini, yakni mulai dari pola pengembangan singkong gajah hingga proses pembuatan tepung tapioka maupun tepung mocaf.

Menurutnya, terus menurunnya usaha yang dijalankan oleh BUMDes seiring dengan tidak adanya lagi pendamping yang dulu intensif melakukan pendampingan, mulai dari pendampingan manajemen pengelolaan BUMDes hingga yang detail dalam mengurus unit usaha.

"Tahun ini kami berusaha mencari pendampingan dari pihak ketiga untuk menjalankan lagi usaha yang dulu pernah melejit. Apalagi saat ini BUMDes masih memiliki tunggakan utang dari koperasi yang dulunya untuk pengembangan modal," ucapnya.

Ia menuturkan bahwa sumber daya manusia yang mengelola BUMDes di desanya masih lemah, karena saat masih ada pendamping dulu belum melakukan pembinaan menyeluruh.

Saat ini, lanjut dia, stok singkong gajah masih banyak di desanya. Stok tersebut akan diolah menjadi tepung. Namun ia membutuhkan pendampingan lagi untuk pengelolaannya karena diakuinya SDM yang ada di desanya masih lemah.

Ia juga mengatakan bahwa di Kedang Ipil melimpah produksi gula merah yang dicetak sendiri oleh warga setempat, namun pengelolaanya masih perseorangan sehingga masih memungkinkan dipermainkan oleh tengkulak, maka ia beharap ada pembinaan sehingga bisa disatukan melalui BUMDes.

"Selain masih perlu pendampingan, tahun ini kami juga akan melakukan pelatihan bagi pengurus BUMDes terkait manajemennya, termasuk teknis pengelolaan gula merah, tusuk sate, pariwisata, dan produksi singkong gajah," tutur Kuspa.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019