Samarinda  (ANTARA News Kaltim) - Peneliti dari Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, kembali mengidentifikasi kerangka Orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus morio) yang diduga hasil pembantaian di areal perusahaan kelapa sawit di Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur.

"Tulang orangutan ini merupakan barang bukti dari Polres Kutai Timur untuk diidentifikasi. Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, tulang orangutan ini ditemukan dikubur di areal perusahaan kelapa sawit milik PT CPS di Kecamatan Muara Ancalong," ungkap Yaya Rayadin, kepada wartawan di Samarinda, Senin.

Dari hasil identifikasi, tulang orangutan tersebut kata Yaya Rayadin diperkirakan berusia di atas 30 tahun.

"Berdasarkan ukuran tulang, usia orangutan ini diperkirakan di atas 30 tahun dengan bobot badan mencapai 120 kilogram," katanya.

"Dari kerangka yang terlihat adanya bekas luka pada bagian tulang akibat benda tajam, orangutan ini mati diduga tidak wajar atau korban pembantaian. Namun, hanya beberapa bagian yang ditemukan yakni tulang lengan, rambut dan gigi taring. Melihat kondisi tulang yang masih basah dan rambut masih utuh kemungkinan orangutan ini mati sekitar lima bulan lalu," kata yaya Rayadin.

Doktor Ekologi dan Konservasi Satwa Liar tersebut mengakui, sejak terungkapnya kasus pembantaian orangutan di Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada akhir September 2011, pihak PPHT Universitas Mulawarman telah mengidentifikasi 20 kerangka orangutan.

"Sampai saat ini, sudah ada sekitar 20 rangka orangutan yang berhasil diidentifikasi di PPHT Unmul yang diduga berasal dari individu berbeda yang diserahkan oleh pihak kepolisian, BKSD dan masyarakat," kata Yaya Rayadin.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda itu mensinyalir, telah terjadi pembantaian massal terhadap orangutan kurung waktu dua tahun terakhir akibat adanya konflik perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan habitat orangutan.

"Melihat fakta pembantaian orangutan yang mulai terungkap di beberapa tempat termasuk di beberapa areal perkebunan kelapa sawit di Kaltim kurung waktu dua tahun terakhir, saya menduga kejadian ini sifatnya massal karena masih menempatkan orangutan sebagai hama. Berdasarkan identifikasi, umumnya kerangka orangutan tersebut mati tidak wajar akibat adanya luka senjata tajam dan benda tumpul," katanya.

"Melihat fakta masih terjadinya pembantaian orangutan yang mulai terancam punah, selain penegakan hukum pemerintah harus segera melakukan upaya konservasi `insitu` (mengkonservasi orangutan di wilayah konsesi) dan konservasi `eksitu` (mengkonservasi orangutan diluar wilayah konsesi) untuk menyelamatkan habitat primata tercerdas setelah gorila dan simpanse itu," ungkap Yaya Rayadin.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011