Perbaikan jalan negara di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, terhenti dan dikeluhkan warga setempat karena debu beterbangan dan rawan mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan.


Dari informasi yang diperoleh, Senin, perbaikan jalan negara di wilayah Penajam Paser Utara yang mulai dilakukan Februari 2019, terhenti sejak lima hari terakhir.

Perbaikan jalan nasional yang dimulai dari kilometer 5 tersebut terhenti di kilometer 3, pasalnya aspal telah dikupas sehingga debu beterbangan ke rumah-rumah warga sekitar.

Terhentinya perbaikan Jalan raya yang rusak itu meresahkan warga sekitarnya akibat debu beterbangan ke rumah-rumah pada saat tidak turun hujan, yang rawan menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan.

Selain itu sejumlah warga yang ditemui juga mengeluhkan, debu yang beterbangan sampai ke dalam rumah, akibat terhentinya pengerjaan perbaikan jalan negara tersebut  juga mengurangi pendapatan usaha mereka yang berjualan makanan dan minuman.

"Akibat debu masuk ke dalam rumah pembeli malas singgah untuk membeli kopi," jelas Sumani, warga RT 01 kilometer 3 Kecamatan Penajam yang berjualan minuman dan makanan.

"Biasanya pendapatan bisa mencapai Rp300.000 per hari, tapi selama perbaikan jalan itu terhenti hanya dapat Rp50 ribu," ungkapnya.

Menurut Sumani, warga sudah melakukan pertemuan dan sepakat menemui perusahaan yang mengerjakan jalan nasional tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari dampak yang ditimbulkan selama perbaikan jalan itu terhenti.

"Warga akan melakukan pemortalan, jika kontraktor pelaksana kegiatan tidak segera melanjutkan perbaikan jalan negara tersebut," katanya.

Ajis, pegadang nasi goreng juga mengeluhkan pendapatan menurun karena pembeli jarang datang dampak debu yang beterbangan karena terhentinya perbaikan jalan nasional tersebut, di mana biasanya bisa mendapatkan Rp3 juta, kini hanya Rp1 juta kerena pembeli jarang datang.

Warga berharap perbaikan jalan negara tersebut segera dilanjutkan dan diselesaikan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dapat melakukan komunikasi dengan kontraktor pelaksana, karena banyak warga yang dirugikan.

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019