Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Bupati Mahakam Ulu (Mahulu), Bonifasius Belawan Geh menilai Kabupaten Mahakam Ulu merupakan daerah otonomi baru di kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan Timur sebagai kelompok daerah tertinggal dalam banyak hal sehingga perlu langkah strategis untuk memajukannya.

"Makaham Ulu menyandang predikat sebagai salah satu wilayah perbatasan yang secara fisik berbatasan darat dengan Malaysia," ujarnya saat membuka Rakor Camat dan Petinggi se-Kabupaten Mahakam Ulu di Ujoh Bilang, Senin.

Mahakam Ulu menjadi daerah yang terisolir karena jalur transportasi dari dan ke daerah ini hanya bisa ditempuh melalui Sungai Mahakam karena belum tembusnya akses jalan darat dari Kabupaten Kutai Barat.

Mahakam Ulu, sebutnya memang memiliki lapangan terbang perintis di Datah Dawai, Kecamatan Long Pahangai, namun untuk jadwal terbangnya belum regular, infrastruktur bidang transportasi minim, termasuk infrastruktur dalam setiap kampung maupun antarkampung.

Karena itu, lanjut bupati permasalahan yang pertama adalah upaya terpadu untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan transportasi. Ini harus menjadi komitmen bersama baik di tingkat kabupaten maupun oleh pemerintahan kampung.

Permasalahan yang terjadi di Mahakam Ulu antara lain tingkat pendapatan penduduk masih rendah, sementara lapangan kerja utama yang tersedia didominasi oleh sektor perkebunan, pertambangan, pertanian dan perdagangan eceran.

Sektor perkebunan dan pertambangan lebih bersifat padat modal, sehingga daya serapnya terhadap tenaga kerja lokal menjadi sangat terbatas.

Dua sektor ini juga mengandalkan modal kerja yang bersumber dari luar daerah sehingga bagian terbesar dari laba perusahaan dibawa kembali ke daerah asal dari modal yang digunakan.

Untuk itu, percepatan penciptaan lapangan kerja di semua sektor, terutama sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan menjadi keniscayaan, sehingga pemerintah kampung juga harus bersinergi memacu sektor-sektor tersebut.

Ia juga mengatakan, pelayanan kesehatan masih terbatas yang ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti belum memiliki rumah sakit yang representatif dan belum memiliki pusat kesehatan masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan warga.

Selain itu sifat geografis Mahulu semakin menyulitkan untuk menyampaikan layanan kesehatan, karena hampir setiap kampung berjarak saling berjauhan dengan kampung lainnya, dan hanya dapat dikunjungi melalui transportasi sungai dengan ongkos angkut yang terbilang mahal.

"Karena itu, kita melakukan pembangunan fasilitas layanan kesehatan yang bersifat statis, seperti rumah sakit dan Puskesmas, serta layanan kesehatan yang bersifat bergerak seperti Puskesmas Apung," ujar Bonifasius.(*)

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019