Penajam, (Antaranews Kaltim) - Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, masuk "zona merah" endemis malaria, sebanyak 1.198 penderita malaria tercatat di pusat-pusat pelayanan kesehatan setempat pada kurun Januari-November 2018.
Koordinator Pencegahan Penyakit Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara Sarjito Ponco Waluyo saat dihubungi di Penajam, Sabtu, mengatakan, dari keseluruhan pasien yang mendapatkan pengobatan dan perawatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan, 35 persen warga Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sementara 65 persen warga Desa Muara Toyu, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Peser, dan warga Kecamatan Bongan, Kabupaten Kutai Barat.
"Mereka berobat dan mendapatkan perawatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, sebab lebih dekat," jelas Ponco Waluyo.
Warga luar Kabupaten Penajam Paser Utara yang menderita penyakit malaria tersebut, berobat di Puskesmas Sotek, Pemaluan dan Maridan, serta Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Aji Putri Botung Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pembukaan ladang baru di kilometer 82 wilayah Kecamatan Bongan disinyalir menjadi pemicu utama peningkatan jumlah kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara.
Penderita malaria tersebut menurut Ponco Waluyo, rata-rata juga sebagai pekerja buruh di perusahaan perkayuan atau orang yang mencari kayu di wilayah perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara lanjut ia, pada 2017 tercatat 933 kasus, meningkat sekitar 265 kasus pada 2018 menjadi 1.198 kasus.
Ponco Waluyo menjelaskan, mulai 2015 serangan malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara terus mengalami peningkatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat pada 2015 kasus malaria sebanyak 379 kasus, dan pada 2016 meningkat menjadi 678 kasus.
Untuk penanganan dan pencegahan penyakit malaria, Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara membagikan ribuan kelambu insektisida antimalaria kepada warga yang bermukim di daerah terindikasi endemis malaria, serta melakukan sosialisasi kepada perusahaan perkayuan. di wilayah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
Koordinator Pencegahan Penyakit Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara Sarjito Ponco Waluyo saat dihubungi di Penajam, Sabtu, mengatakan, dari keseluruhan pasien yang mendapatkan pengobatan dan perawatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan, 35 persen warga Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sementara 65 persen warga Desa Muara Toyu, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Peser, dan warga Kecamatan Bongan, Kabupaten Kutai Barat.
"Mereka berobat dan mendapatkan perawatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, sebab lebih dekat," jelas Ponco Waluyo.
Warga luar Kabupaten Penajam Paser Utara yang menderita penyakit malaria tersebut, berobat di Puskesmas Sotek, Pemaluan dan Maridan, serta Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Aji Putri Botung Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pembukaan ladang baru di kilometer 82 wilayah Kecamatan Bongan disinyalir menjadi pemicu utama peningkatan jumlah kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara.
Penderita malaria tersebut menurut Ponco Waluyo, rata-rata juga sebagai pekerja buruh di perusahaan perkayuan atau orang yang mencari kayu di wilayah perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara lanjut ia, pada 2017 tercatat 933 kasus, meningkat sekitar 265 kasus pada 2018 menjadi 1.198 kasus.
Ponco Waluyo menjelaskan, mulai 2015 serangan malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara terus mengalami peningkatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat pada 2015 kasus malaria sebanyak 379 kasus, dan pada 2016 meningkat menjadi 678 kasus.
Untuk penanganan dan pencegahan penyakit malaria, Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara membagikan ribuan kelambu insektisida antimalaria kepada warga yang bermukim di daerah terindikasi endemis malaria, serta melakukan sosialisasi kepada perusahaan perkayuan. di wilayah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018