Samarinda,  (Antaranews Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur memprediksi sepanjang Desember terjadi kenaikan (inflasi) harga barang dan jasa, karena adanya agenda yang bersamaan baik libur sekolah, hari besar, dan jelang tahun baru.


“Risiko inflasi bulan Desember 2018 diperkirakan bersumber dari tingginya kebutuhan masyarakat terhadap agenda yang bersamaan, yakni libur sekolah, hari besar dan keagamaan nasional,” ujar Kepala BI KPw Provinsi Kaltim, Muhammad Nur di Samarinda, Senin.

Kondisi ini tentu akan berakibat pada naiknya bahan makanan ataupun harga transportasi, karena periode libur sekolah yang dimulai pertengahan Desember juga berisiko mendorong tingginya konsumsi untuk barang dan jasa yang bersifat hiburan.

Untuk itu, BI Kaltim dan segenap pihak terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah dan akan terus memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus, bahkan perkembangan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional dan modern, termasuk memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.

Hal tersebut dimaksudkan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok barang di masyarakat.

“Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini, tujuannya adalah untuk menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+ 1 persen (yoy),” ucap Nur.

Pada November 2018, harga kebutuhan pokok di Kaltim mengalami deflasi (penurunan) 0,06 persen, tidak sedalam bulan sebelumnya.

Deflasi Kaltim bersumber dari kelompok bahan makanan yang minus 1,75 persen dan kesehatan minus 0,17 persen.

Namun demikian, lanjutnya, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,34 persen, setelah terjadinya deflasi cukup dalam pada bulan sebelumnya.

Pada November 2018, deflasi Kaltim bersumber dari komoditas daging ayam ras yang minus 9,47 persen. Deflasi daging ayam ras merupakan respon dari tingginya harga komoditas tersebut pada bulan lalu.

Mulai bergeraknya penjualan daging ayam beku oleh perusahaan daerah di Kota Samarinda juga diperkirakan memberikan alternatif masyarakat dalam berkonsumsi.

Komoditas lain yang juga mencatatkan deflasi adalah kacang panjang, telur ayam ras, dan tomat sayur yang masing-masing tercatat berdeflasi atau minus 15,58 persen, 5,33 persen, dan 8,97 persen.

“Sebagian besar komoditas kelompok bahan makanan masih mengalami deflasi, karena konsumsi masyarakat pada November 2018 masih relatif normal,” tuturnya.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018