Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) -  Festival Hudoq Cross Border di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) berhasil mencetak rekor pada Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dengan jumlah peserta sebanyak 2.200 Penari Hudoq baik penari yang memakai topeng maupun penari pengiringnya.

"Festival digelar dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk melestarikan budaya sekaligus memancing wisatawan datang. Kegiatan ini selain untuk melestarikan budaya juga memiliki dampak ekonomi luas bagi kehidupan masyarakat," ujar Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh di Ujoh Bilang, Kamis.

Pembukaan Festival Hudoq yang digelar di Lapangan Ujoh Bilang dihadiri perwakilan dari Kementerian Pariwisata karena kegiatannya masuk dalam agenda pariwisata nasional.

Pembukaan ini juga dihadiri penyanyi kondang Trie Utami yang sekaligus akan membawakan tembang-tembang hits-nya. Sebenarnya jadwal untuk Trie Utami adalah 26 Oktober malam, namun karena dia ingin menyaksikan langsung upacara adat dan budaya di pedalaman, maka dia datang lebih awal.

Pembukaan festival tersebut diawali pemukulan bedug yang digunakan sebagai musik pengiring hudoq oleh bupati yang didampingi wakil ketua DPRD, pejabat setempat, dan perwakilan Kementerian Pariwisata.

Setelah itu, pemukul bedug diserahkan kepada pemusik untuk melanjutkannya, sehingga suara musik dengan hitungan tiga perempat tersebut kemudian memancing masuknya Penari Hudoq yang dari awal menunggu di pinggir lapangan dan berbaris di jalan sisi lapangan.

Kelompok Penari Hudoq pertama yang masuk lapangan adalah dari Kecamatan Long Bagun, kemudian disusul penari dari Kecamatan Long Pahangai, kemudian Kecamatan Long Hubung, Kecamatan Laham, dan yang terakhir adalah penari dari Kecamatan Long Apari.

Rata-rata penari laki-laki memakai topeng hudoq, sedangkan Penari Hudoq perempuan tanpa memakai topeng, namun tetap masuk dalam Penari Hudoq.

Festival Hudoq Cross Border ini merupakan yang pertama kali digelar di Mahulu dan masuk agenda nasional, sedangkan tari hudoq (topeng) itu sendiri merupakan tradisi lama yang sudah ada sejak nenek moyang Suku Dayak, terutama Subsuku Bahau yang telah mendiami pedalaman Kalimantan sejak ribuan tahun silam.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Mahulu, Kristina Tening, Tari Hudoq sejak zaman dulu dilakukan untuk menyambut musim tanam padi (nugal, sebutan warga setempat), yang bertepatan dengan masuknya musim hujan yang biasanya terjadi pada Oktober setiap tahunnya.

"Tari Hudoq merupakan ritual yang dipersembahkan kepada yang Maha Kuasa agar padi yang ditanam tidak diganggu oleh berbagai jenis hama baik hama belalang dan binatang lain, ritual ini juga menjadi doa agar padi yang ditanam menghasilkan bulir padi yang padat sehingga hasil panennya melimpah," ucap Tening.(*)


 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018