Sangata (ANTARA News Kaltim) - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur diminta mewaspadai tiga dari delapan desa Kecamatan Rantau Pulung, yang merupakan langganan dan rawan banjir saat musim hujan yakni Desa Pulung Sari, Desa Margo Mulyo dan Desa Kebon Agung.

"Setiap musim hujan dan banjir dua desa paling parah yakni Desa Margo Mulyo dan Desa Pulung Sari," kata anggota DPRD Kutai Timur, Joni, Jumat.

Menurut Joni yang juga Sekretaris Fraksi Perkasa DPRD Kutai Timur, banjir  saat musim hujan merendam Desa Margo Mulyo dan Pulung Sari, serta menggenangi beberapa lokasi di Desa Kebon Agung yaitu di sekitar jalur satu dan jalu dua, yang memang kawasan rendah.

"Akibat banjir yang merendam dua desa di musim hujan, banjir juga  merusak tanaman petani, seperti padi, sayuran dan tanaman lainnya dan akibatnya gagal panen," katanya.

Kondisi itu sudah berlangsung bertahun-tahun dan dikeluhkan masyarakat. Meski sudah sering dikeluhkan masyarakat, namun tidak ada tindakan apapun yang diambil pihak pemerintah.

Joni yang asli Rantau Pulung dan terpilih sebagai anggota DPRD melalui Pemilu tahun 2009 lalu, mengatakan akan memperjuangkan di Lembaga Legislatif untuk mengatasi permasalahan banjir yang setiap tahun melanda Rantau Pulung.

"Saya sudah mengusulkan ke Dinas pekerjaan Umum Kutai Timur, bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi banjir saat musim hujan adalah dengan membangun kanal buatan di antara dua desa. Dan usulan itu disetujui mendapat sinyal positif," katanya.

Sebelumnya dirinya telah meminta persetujuan masyarakat dua desa agar lahan kering di antara dua desa itu bisa digunakan untuk membangun kanal, sehingga saat hujan tidak ada lagi banjir.

"Lahan kering sepanjang 2,5 kilometer itu diperuntukkan untuk membangun kanal, dan kalau tidak ada hambatan tahun anggaran 2012 mendatang sudah dimulai pembangunannya," katanya.

Politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan, oleh Dinas Pekerjaan Umum disetujui, hanya namanya bukan kanal, tetapi pembuatan sungai atau pencodetan sungai.

"Bagi kami tidak masalah, kanal atau pencondetan sama saja, yang penting dibangun dan banjir tidak lagi terjadi saat musim hujan," kata Joni.

Kepala Desa Pulung Sari, Suparno mengatakan, sejak Rantau Pulung  dibangun dan berstatus pemukiman transmigrasi, tidak pernah lepas banjir kalau hujan karena saluran air kecil dan tidak mampu menampung air hujan.

"Saluran air sudah dibangun Pemerintah saat membuka transmigrasi, tetapi kecil dan tidak mampu mengatasi ait besar. Jadinya kampung yang terendam dan tanaman rusak, dan itu berlangsung bertahun-tahun sampai sekarang," katanya.

Ia mengatakan, warga desa sangat berharap agar Pemkab Kutai Timur melalui Dinas Pekerjaan Umum segera merealisasikan pembangunan  saluran atau pencondetan sungai. "Masalah lahan yang akan digunakan itu tidak ada ganti rugi karena diberikan warga secara sukarela," katanya. (*)

Pewarta: Adi Sagaria

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011