Samarinda (Antaranews Kaltim) - Hak-hak dan perlindungan terhadap anak di Provinsi Kalimantan Timur belum sepenuhnya terpenuhi yang terlihat dari masih banyaknya anak belum memiliki akta kelahiran, informasi belum ramah anak, dan sejumlah indikator lain.

"Selain itu, masih mudahnya anak mengakses pornografi, masih terbatasnya wadah partisipasi anak, dan suara anak belum mewarnai proses pembangunan," ujar Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim Halda Arsyad di Samarinda, Senin.

Di sisi lain, ia juga melihat masih banyak anak yang tidak mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, terbatasnya ruang kreativitas, masih banyaknya pekerja anak, dan maraknya kekerasan kepada anak baik di rumah, di sekolah, di tempat umum yang dilakukan orang dewasa atau teman sebaya.

Terkait dengan perhatiannya terhadap anak, maka dalam puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2018 juga dirangkai dengan Pencanangan Kampanye Imunisasi Campak (Meales) dan Rubella (MR) secara serentak di seluruh Provinsi Kaltim.

Untuk imunisasi campak dan rubella akan dilakukan pada Agustus dan September dengan sasaran anak usia 9 bulan sampai usia 15 tahun. ??? Ia berharap imunisasi ini akan meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penularan penyakit campak dan rubella yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.

Sedangkan dalam penutupan HAN 2018 yang digelar pada 28 Juli di Atrium Bigmall Samarinda, kegiatannya dimeriahkan 1.500 anak yang terdiri dari PAUD, TK, SD, SMP/MTs, SMA/MAN yang melibatkan lembaga masyarakat dan dunia usaha.

Dalam kesempatan itu, anak-anak menampilkan parade, pembacaan puisi, drumband, pembacaan suara anak Kaltim, penampilan anak genius, dongeng dan tari bullying, tari jepen massal, dan penampilan dari Sekolah Khusus Pelita Bunda.

Ia menuturkan bahwa HAN merupakan hari yang sepenuhnya menjadi milik anak Indonesia, sehingga setiap anak memiliki kesempatan luas mengembangkan dan mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan positif.

"HAN merupakan momentum penting untuk menggugah keramahan dan kepedulian terhadap anak dari lingkungan ramah anak. Lingkungan yang kondusif harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah lingkungan pertama pencipta anak genius," ujarnya.

Konsep utama yang harus diperhatikan dalam menciptakan anak genius, yakni pola pengasuhan berkualitas yang didapat dari keluarga sebagai pengasuh utama dan pertama bagi anak.

"Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pemenuhan hak kepada anak dengan membangun komunikasi yang baik antaranggota keluarga, sehingga ketahanan keluarga dapat terbentuk," ucap Halda. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018