Samarinda (Antaranews Kaltim) - Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mempertimbangkan Jabatan Wakil Wali Kota Samarinda sebagai pengganti almarhum Nusyirwan Ismail tetap dikosongkan.
Menurut Jaang kepada awak media di Samarinda, Kamis, pengisian kursi Wawali ini diprediksi bakal membuat kegaduhan mulai dari partai hingga pemilihan di DPRD Kota Samarinda.
Pasalnya berdasarkan informasi yang diterimanya, seluruh partai pengusung saat Syaharie Jaang - Nusyirwan Ismail (JaaNur) maju tahu 2015 lalu, yakni Demokrat, NasDem dan PKS, akan menyodorkan calonnya.
Bahkan ada partai yang sudah menyiapkan lebih dari 1 calon, padahal yang dipilih di DPRD Kota Samarinda hanyalah dua orang calon.
Saya mempertimbangkan untuk tidak perlu mengisi kursi Wawali, karenan pengisian kursi Wawali ini menurutnya bisa menimbulkan perpecahan," kata Jaang.
Selain itu, kata Jaang pemilihan wawali banyak memakan energi dan biaya ketimbang memerhatikan kebutuhan masyarakat. Jangan nanti hasilnya ada blok-blok politik, masyarakat yang dirugikan," ujarnya.
Jaang mengatakan sanggup memimpin Kota Samarinda seorang diri hingga masa jabatan "JaaNur" berakhir 2019 mendatang.
Yang penting, jajaran Pemkot Samarinda harus bisa membantu semaksimal mungkin. Untuk memback-up tugas Wawali," imbuhnya.
Jaang mengaku siap merombak sejumlah susunan pejabat, bahkan bila perlu hingga ke level Lurah dan Camat. "Saya akan berkoordinasi dengan Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda, para Asisten, staf Ahli, terkait kursi Wawali ini," jelasnya.
Pihaknya juga akan meminta Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengizinkan kursi Wawali ini dibiarkan kosong.
"Nanti saya buat surat ke Gubernur, bahwa Wawali nggak perlu kita isi," ujar Jaang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
Menurut Jaang kepada awak media di Samarinda, Kamis, pengisian kursi Wawali ini diprediksi bakal membuat kegaduhan mulai dari partai hingga pemilihan di DPRD Kota Samarinda.
Pasalnya berdasarkan informasi yang diterimanya, seluruh partai pengusung saat Syaharie Jaang - Nusyirwan Ismail (JaaNur) maju tahu 2015 lalu, yakni Demokrat, NasDem dan PKS, akan menyodorkan calonnya.
Bahkan ada partai yang sudah menyiapkan lebih dari 1 calon, padahal yang dipilih di DPRD Kota Samarinda hanyalah dua orang calon.
Saya mempertimbangkan untuk tidak perlu mengisi kursi Wawali, karenan pengisian kursi Wawali ini menurutnya bisa menimbulkan perpecahan," kata Jaang.
Selain itu, kata Jaang pemilihan wawali banyak memakan energi dan biaya ketimbang memerhatikan kebutuhan masyarakat. Jangan nanti hasilnya ada blok-blok politik, masyarakat yang dirugikan," ujarnya.
Jaang mengatakan sanggup memimpin Kota Samarinda seorang diri hingga masa jabatan "JaaNur" berakhir 2019 mendatang.
Yang penting, jajaran Pemkot Samarinda harus bisa membantu semaksimal mungkin. Untuk memback-up tugas Wawali," imbuhnya.
Jaang mengaku siap merombak sejumlah susunan pejabat, bahkan bila perlu hingga ke level Lurah dan Camat. "Saya akan berkoordinasi dengan Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda, para Asisten, staf Ahli, terkait kursi Wawali ini," jelasnya.
Pihaknya juga akan meminta Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengizinkan kursi Wawali ini dibiarkan kosong.
"Nanti saya buat surat ke Gubernur, bahwa Wawali nggak perlu kita isi," ujar Jaang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018