Samarinda (Antaranews Kaltim) - Warga di kawasan Muang Ilir, Kelurahan Lempake, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mulai sadar terhadap kebersihan lingkungan yang dibuktikan dengan sebagian besar dari mereka tidak lagi membuang sampah ke Sungai Karang Mumus (SKM).

"Ini merupakan anugerah bagi warga yang tinggal di hilir SKM, di hilir Sungai Mahakam dan biota yang hidup di kawasan pesisir karena tidak lagi menerima sampah buangan dari warga Muang seperti dulu," ujar Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM, Misman di Samarinda, Jumat.

Sejak dua bulan lalu, lanjut Misman, sampah rumah tangga oleh warga setempat dikumpulkan di dekat Jembatan Muang karena di kawasan tersebut belum ada tempat pembuangan sementara (TPS).

Setelah sampah terkumpul, beberapa warga secara sukarela mengangkutnya ke TPS yang lokasinya cukup jauh dari Kelurahan Lempake.

"Warga berharap pemerintah membangun bak sampah di sekitar Muang maupun di Kelurahan Lempake agar pembuangan sampah tidak jauh," katanya.

Menurut Misman, untuk membangkitkan budaya bersih lingkungan dengan cara tidak membuang sampah ke sungai memang tidak mudah, karena selama ini warga merasa nyaman membuang sampah yang tinggal melemparkan saja.

Namun ia bisa memaklumi kebiasaan itu karena kondisi ini sudah ditularkan oleh warga yang lebih dulu tinggal di kawasan itu sejak puluhan tahun, bahkan mungkin sejak ratusan tahun lalu.

Lagi pula, katanya, mereka sebelumnya juga tidak menyadari bahwa sampah yang dibuang tersebut bisa mencemari dan menurunkan kualitas air, sehingga kondisi ini bisa membuat banyak ikan yang mati.

Warga yang tinggal di hilirnya juga bisa terkena dampak berbagai penyakit akibat air bercampur sampah dan limbah yang menyatu dengan air sungai, bahkan warga di hilirnya juga tidak bisa menikmati air sungai karena tercemar.

"Perlu waktu panjang untuk mengubah kebiasaan ini. Komunitas GMSS-SKM saja sejak kisaran akhir 2016 terus memberikan pemahaman secara perlahan tentang peran, fungsi, dan manfaat sungai, bahkan memberikan contoh bagaimana seharusnya merawat sungai, baru beberapa bulan lalu hingga kini mulai terlihat hasilnya, yakni sudah banyak warga Muang tidak lagi membuang sampah ke sungai," tuturnya.

Teknik terjitu yang dilakukan dalam penyadaran ini adalah dengan mengajak anak-anak Muang ke Sekolah Sungai Karang Mumus.

Dari sekolah sungai ini, kemudian anak-anak diberikan pemahaman mengenai bagaimana harus menjaga alam, tidak boleh mengganggu binatang, bagaimana menjaga air sungai supaya tidak kotor, menanam pohon di jalur hijau sungai agar bisa menjadi hutan, dan membiarkan tumbuhan liar di bibir sungai untuk perkembangan ikan, bahkan mengajak anak-anak memungut sampah di sungai.

"Mengapa anak-anak menjadi target dalam pemahaman terhadap sungai. Karena mereka merupakan generasi penerus bangsa. Mereka lah yang akan melanjutkan pembangunan di Samarinda, sehingga melalui generasi ini kami ingin titipkan masa depan sungai. Samarinda itu hebat karena memiliki sungai yang di bagian hulunya masih terdapat hutan meski hanya sejengkal. Minimal inilah yang harus dijaga," tuturnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, sejumlah anak-anak Muang sedang mandi di SKM, sebelah hulu Jembatan Muang. Sambil mandi, anak-anak tersebut juga mengangkat sampah dalam kemasan plastik yang hanyut dari arah Waduk Benanga.

Sekitar 10 menit kemudian, Misman lewat di jembatan itu. Kemudian turun ke tepi guna mengangkat sampah yang telah dikumpulkan anak-anak. Sampah itu dimasukkan ke karung dan diseret ke tempat penumpukan sementara dekat jembatan sebelum dibuang ke TPS.(*)

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018