Jakarta (Antaranews) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, TNI AU merencanakan terus membangun kekuatan udara pada Rencana Strategis (Renstra) IV Pertahanan 2020-2024.

"Kita akan mengganti pesawat Hawk 100/200 dengan pesawat tempur yang lebih modern, pengadaan pesawat tanker dan pesawat Awacs, serta melanjutkan pengadaan radar GCI dan membangun Network Centric Warfare," kata KSAU dalam amanatnya pada Peringatan HUT Ke-72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin.

Saat ini, TNI AU berada pada dua tahun diakhir Renstra III (2015-2019) dan kebijakan MEF (minimum essential force) tahap II, TNI AU terus berusaha mewujudkan terpenuhinya pengadaan alutsista, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan pesawat tempur generasi 4,5, pesawat angkut berat, pesawat multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak (UAV), radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.

"Dengan demikian, di penghujung Renstra IV, TNI AU akan mampu memantapkan jatidiri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja," kata Yuyu.

Menurut KSAU, membangun kekuatan udara tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap dan tidak mungkin menunggu sampai musuh datang menyerang atau mengeksplorasi potensi yang ada di wilayah dirgantara Indonesia.

Mantan Pangkoopsau I ini menjelaskan perlu sebuah konsep strategis dengan elemen yang terkait dengan tujuan, kepentingan dan sasaran kebijakan, komitmen dan program yang realisti serta berkesinambungan.

"Kebijakan minimum essential force (MEF) merupakan jawaban yang tepat dan terus dilaksanakan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, KSAU mengutip pernyataan Presiden Soekarno pada peringatan lima tahun AURI, 9 April 1951. Soekarno mengatakan, "Jika Angkatan Perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi, sederajat dengan angkatan perang dunia internasional, kita harus mempunyai Angkatan Udara yang sebaik-baiknya".

"Pernyataan Presiden pertama tersebut, menggambarkan keberadaan Angkatan Udara dalam angkatan bersenjata yang bertugas menjaga kedaulatan negara, memiliki makna strategis dan penting dalam "effect ditterent" di bidang pertahanan sebuah negara," kata Yuyu.

Ia menambahkan, perkembangan lingkungan strategis dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, memicu bentuk ancaman baru dan menyebabkan tantangan yang dihadapi TNI AU kedepan makin berat.

Oleh karena itu,  kata Yuyu, seluruh personel TNI AU dalam melaksanakan tugas agar membuat perencanaan yang baik, saling bersinergi dan bekerja sama dengan segenap komponen bangsa dan rakyat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

"Tunjukkan bahwa personel TNI AU adalah insan dirgantara yang mengerti dan memahami akan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga pertahanan negara di udara," ucapnya. (*)

Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018