Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Jumlah warga buta aksara usia 15 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), mengalami peningkatan, yakni pada 2010 sebanyak 31.623 orang,  meningkat menjadi 36.080 orang pada tahun 2011.

"Terkait dengan masih tingginya warga yang buta aksara tersebut, maka Pemerintah Pusat melalui APBN, dan Pemerintah Provinsi Kaltim melalui APBD 2011 menganggarkan dana senilai Rp4,4 miliar," kata Kepala Dinas Pendidikan Kaltim, Musyahrim di Samarinda, Jumat.

Musyahrim yang didampingi Kasi Pendidikan Masyarakat Pendidikan Nonformal dan Informal Hj Maryati menambahkan,  dari alokasi dana  terdiri atas APBN 2011 senilai Rp2,1 miliar dan APBD Kaltim 2011 Rp2,3 miliar.

alokasi dana tersebut diarahkan untuk kegiatan dan bantuan pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar, serta untuk keaksaraan usaha mandiri bagi warga yang buta huruf tersebut.

Kegiatan yang dilakukan di antaranya bekerja sama dengan lembaga yang menangani pendidikan keaksaraan, seperti Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), kelompok belajar, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap warga buta huruf.

Dari 36.080 warga yang buta aksara itu, penduduk terbanyak adalah perempuan, yakni terdapat 22.791 perempuan yang buta huruf, dan sisanya 13.289 orang merupakan penduduk laki-laki.

Sedangkan daerah yang paling banyak mengalami buta aksara adalah di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang mencapai 18.555 orang. Rinciannya adalah, 10.382 penduduk perempuan, dan yang 8.173 merupakan merupakan penduduk laki-laki.

Menyusul Kabupaten Paser yang mencapai 5.150 jiwa, yakni 868 warga buta aksara berjenis kelamin laki-laki, dan yang 4.282 orang merupakan penduduk berjenis kelamin perempuan.

Urutan ketiga di Kabupaten Nunukan yang mencapai 4.365  orang, dengan rincian, penduduk laki-laki sebanyak 1.850 jiwa, dan yang 2.515 orang merupakan penduduk perempuan.

Kukar menjadi penyandang buta aksara tertinggi di Kaltim, selain karena faktor geografis,  juga karena wilayah Kukar yang sangat luas dengan 225 desa yang sebagian besar terisolir.

Tingginya buta aksara juga karena Kukar merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi, faktor sosial dan ekonomi juga berpengaruh pada pola pendidikan dalam keluarga.

Di daerah terisolir di Kukar, sekolah formal sulit didirikan, di samping karena penduduknya suka berpindah, jumlah penduduk yang sangat sedikit di tiap desa juga tidak layak untuk didirikan sebuah lembaga pendidikan.(*)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011