Long Bagun (ANTARA Kaltim) - Kampung Laham, Kecamatan Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, mengelola perhutanan sosial seluas 1.913 hektare, sebagai upaya memberdayakan sekaligus menyejahterakan warga dengan tetap menjaga kelestarian hutan.

"Surat Keputusan Hak Pengelolaan Hutan Kampung (HPHK) yang sedang kami kelola ini bernomor 535/Menlhk-PSKL/PSL.0/2/2017. Banyak potensi yang bisa kami kelola dari hutan kampung ini," ujar Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Kampung Laham Bindiktus Ngerung di Long Bagun, Sabtu.

Potensi yang ada di kawasan HPHK Laham antara lain rotan untuk bahan kerajinan anyaman, daun biru sebagai bahan dasar membuat seraung (topi lebar) dan umbutnya sebagai bahan pangan, pohon banggeris sebagai tempat sarang lebah madu hutan.

Di lokasi tersebut juga memiliki potensi besar untuk pengembangan ekowisata karena terdapat air terjun dengan tinggi sekitar 10 meter, terdapat pula tumbuhan sebagai bahan obat-obatan seperti pasak bumi, pusah, akar kuning, sirih merah, tefo kungha, pohon gaharu dan lainnya.

Di kawasan tersebut juga terdapat anak Sungai Mahakam, yakni Sungai Kelabang yang bermata air jernih yang layak diolah menjadi air minum kemasan. Bahkan terdapat tumbuhan kelengan payau sebagai anti racun, tipus, malaria, diabetes.

"Cara pemanfaatan kelengan payau adalah buahnya ditumbuk, dijemur sampai kering, ditumbuk ulang, disaring kemudian dimasukkan kapsul sehingga siap dikonsumsi. Ada pula tumbuhan pakat biyan sebagai obat DBD, yakni akarnya dipotong kecil, direbus, dan diminum," katanya.

Ia menuturkan bahwa usulan pengelolaan hutan berbasis pemberdayaan masyarakat di Laham sudah lama dilakukan kepada kementerian, yakni ketika kampung tersebut masih bergabung dengan Kabupaten Kutai Barat.

Kemudian, lanjut dia, ketika empat tahun lalu Mahakam Ulu mekar dari Kutai Barat, kemudian ia mencoba lagi memproses perizinannya. Bahkan ia sampai datang ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait hal ini, sehingga pada Februari 2017 resmi keluar perizinannya.

Untuk rencana pengelolaan hutan kampung jangka 10 tahun, konservasi yang dilakukan pihaknya antara lain pengayaan tanaman lokal seperti ulin sebanyak 200 batang per tahun, meranti 500 batang per tahun, bengkirai 100 batang per tahun.

"Kemudian pengayaan bibit tengkawang sebanyak 100 bibit per tahun, banggeris 100 batang per tahun, arau 50 batang per tahun, kapur 100 batang per tahun, durian 50 batang per tahun. Sekarang kami juga melakukan pembibitan sengon 12.500 batang dan sudah menyiapkan lahan seluas 25 hektare," kata Ngerung. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017