Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Nilai tukar petani (NTP) Provinsi Kalimantan Timur selama Juni 2017 makin terpuruk di level 96,29 setelah sempat menguat di angka 98,99 pada bulan Februari.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim M. Habibullah di Samarinda, Selasa, menerangkan bahwa secara kumulatif NTP Kaltim selama 4 bulan terakhir terus merosot jauh dari level 100. Hal ini berarti daya tukar untuk kebutuhan rumah tangga petani lebih rendah ketimbang biaya produksi yang mereka keluarkan.

Pada bulan Februari, menurut dia, NTP Kaltim masih lumayan karena berada di level 98,99. Namun, pada bulan Maret turun menjadi 98,25, lantas turun lagi menjadi 97,21 pada bulan April.

Selanjutnya, menjadi 96,30 pada bulan Mei, kemudian turun lagi di level 96,29 pada bulan Juni.

Khusus penurunan NTP dari Juni terhadap Mei 2017, katanya lagi, perubahan yang minus 0,01 persen itu dipengaruhi oleh indeks harga yang harus dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,27 persen, sementara indeks harga yang diterima petani hanya meningkat 0,26 persen.

Jika NTP pada bulan Juni 2017 yang berada di level 96,29 tersebut diperinci per subsektor pertanian, NTP tanaman pangan sebesar 93,70, NTP hortikultura sebesar 92,08, NTP perkebunan rakyat di level 95,71, NTP peternakan berada di level paling atas ketimbang subsektor lainnya yang berada di angka 102,89, dan NTP perikanan masih cukup bagus karena ada di level 100,52.

Menurut dia, angka keseimbangan NTP adalah 100. Jika NTP ada di bawah 100, berarti petani belum sejahtera karena biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi tidak sebanding dengan hasil penjualan dari produk pertaniannya. Jika NTP persis 100, berarti petani tidak untung dan tidak rugi.

Habibullah menyebutkan dari data lima subsektor pertanian di Kaltim yang terjadi pada bulan Juni 2017, berarti hanya ada dua subsektor pertanian yang petaninya lebih sejahtera karena NTP-nya di atas 100, yakni petani ternak yang berada di level 102,89 dan petani ikan yang ada di level 100,52.

Perhitungan NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani sehingga menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi sehingga makin tinggi nilai NTP. Maka, secara relatif makin kuat pula tingkat daya beli petani.

Selama ini kehidupan petani Kaltim, kata dia, kurang sejahtera karena NTP-nya selalu di bawah 100.

Menurut dia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini, di antaranya program subsidi dari pemerintah, kemudian mendorong kepemilikan lahan lebih luas karena biaya produksi untuk 1 hektare sawah dengan 5 hektare hampir sama.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017