Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) pada triwulan I tahun 2017 mengalami penurunan 0,48 persen ketimbang triwulan IV tahun 2016 (q-to-q).

"Pola penurunan produksi pada dua provinsi ini sama dengan yang terjadi triwulan pertama tahun-tahun sebelumnya, misalnya pada 2016 yang minus 0,45 persen dan pada 2015 turun 1,14 persen," ucap Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim M Habibullah di Samarinda, Minggu.

Beberapa jenis industri manufaktur (pengolahan) yang mengalami penurunan produksi secara q to q adalah industri makanan terkontraksi 0,22 persen.

Kemudian industri bahan kimia dan aneka barang dari kimia yang mengalami penurunan produksi hingga 1,19 persen, selanjutnya industri kayu, barang dari kayu, gabus, barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya (tidak termasuk furnitur) terkoreksi 0,49 persen.

Menurutnya, industri manufaktur merupakan salah satu dari tiga sektor yang menjadi penggerak perputaran ekonomi bagi Kaltimra, sehingga sektor ini memiliki peran penting dalam pembangunan di daerah.

Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor ini merupakan terbesar kedua dalam pembentukan ekonomi setelah sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi 19,03 persen pada triwulan IV 2016.

Sementara industri nonmigas bagi provinsi Kaltim di triwulan IV 2016 tersebut hanya mampu berkontribusi sebesar 7,24 persen.

Khusus di Kaltara, lanjutnya, industri pengolahan hanya menempati urutan ke lima dengan besaran 9,79 persen, yakni setelah sektor pertambangan dan penggalian, pertanian dan kehutanan, serta sektor perdagangan.

Dijelaskannya, aktivitas industri pengolahan besar dan sedang di Kaltimra tersebar di hampir semua kabupaten/kota, dengan kantong industri yang berbeda di tiap kawasan serta memiliki spesifikasi tersendiri.

Misalnya di Kota Balikpapan dengan industri pengolahan migas, mesin, dan peralatan. Di Kota Samarinda dengan industri pengolahan kayu, mesin, dan peralatan. Kota Bontang dengan industri pengolahan pupuk kimia dan gas.

"Kemudian di Kota Tarakan dengan industri pengolahan ikan yang sejak lama beroperasi, selanjutnya di sejumlah kabupaten yang menjadi sentra industri pengolahan minyak sawit crude palm oil (CPO) seperti di Kutai Kartanegara, Paser, dan Kabupaten Kutai Timur," ucap Habibullah.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017