Samarinda (ANTARA Kaltim) - Provinsi Kalimantan Timur pada April 2017 mengalami inflasi atau kenaikan harga sebesar 0,13 persen, yang berarti terjadi penurunan ketimbang inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,15 persen.

"Inflasi Kaltim itu masih lebih tinggi ketimbang inflasi secara nasional yang sebesar 0,09 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Muhammad Habibullah di Samarinda, Selasa.

Apabila dicermati berdasarkan dua kota di Kaltim yang telah ditetapkan sebagai patokan Indeks Harga Konsumen (IHK) yakni Balikpapan dan Samarinda, jelas Habibullah, penyumbang inflasi terbesar terjadi di Samarinda.

Hal ini terjadi karena inflasi yang terjadi di Samarinda pada April mencapai 0,29 persen, sedangkan perubahan harga yang terjadi di Balikpapan justru mengalami deflasi (penurunan harga) 0,08 persen.

Dengan adanya inflasi pada April 0,13 persen, maka laju inflasi Kaltim tahun kalender (q to q) sebesar 1,28 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 4,38 persen.

Menurut ia, dalam beberapa bulan terakhir perubahan harga di Kaltim berfluktuatif, misalnya pada Desember 2016 berinflasi 1,04 persen, Januari 2017 angkanya tetap 1,04 persen, Februari berdeflasi 0,04 persen, Maret berinflasi 0,15 persen, dan pada April mengalami inflasi 0,13 persen.

Perkembangan harga di Kaltim ditinjau dari kelompok pengeluaran adalah kelompok bahan makanan terjadi penurunan 0,36 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau turun 0,11 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan 0,75 persen.

Berikutnya kelompok sandang berinflasi (harga naik) 0,43 persen, kelompok kesehatan terjadi penurunan 0,41 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga naik 0,07 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan berinflasi 0,15 persen.

Dominan andil inflasi di Samarinda adalah tarif listrik, ikan layang, daging ayam ras, nasi dengan lauk, dan sayur. Sementara andil deflasi disebabkan oleh bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, kangkung, dan gula pasir.

"Untuk Kota Balikpapan, dominan inflasi dipengaruhi oleh tarif listrik, pulsa ponsel, tomat sayur, ikan layang, daging ayam ras. Sedangkan andil deflasi akibat penurunan harga pada cabai rawit, gula pasir, ikan tongkol, kacang panjang, dan ikan kembung," kata Habibullah. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017