Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) pada 2017 diperkirakan naik di kisaran 0,5-0,9 persen dibandingkan 2016, antara lain karena membaiknya harga batu bara dan masuknya investasi.

"Pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan II 2017 diperkirakan kisaran 0,4 - 0,8 persen (yoy), sementara secara kumulatif 2017 diperkirakan meningkat, namun masih terbatas," ujar Kepala Bank Indonesia KPw Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Kamis.

Prediksi peningkatan tersebut selain dipengaruhi membaiknya harga komoditas ekspor di tingkat global, juga pergerakan dalam negeri, seperti adanya proyek Refinery Development Masterplan Program (RDMP) di lima kilang utama milik PT Pertamina (Persero).

RDMP yang sedang dilakukan Pertamina, lanjut Nur, diperkirakan mampu menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan perekonomian di Kaltimra 2017, khususnya pada sektor konstruksi dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Selain pembangunan jalan tol Balikpapan - Samarinda sebagai salah satu proyek infrastruktur utama sekaligus proyek strategis nasional yang dimonitor langsung oleh Presiden Joko Widodo.

"Dari adanya proyek tol yang terus berjalan, termasuk sejumlah proyek lain plus investasinya, tentu akan ada pergerakan kerja yang tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Nur.

Pertumbuhan ekonomi sebelumnya, katanya, wilayah Kaltimra mengalami perlambatan pada triwulan IV 2016, tumbuh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Kaltimra triwulan IV 2016 tercatat 0,2 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,4 persen.

Namun demikian, secara kumulatif tahunan perekonomian Kaltim tumbuh 0,04 persen (ctc), lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi hingga minus 0,8 persen.

Nur menambahkan, berdasarkan lapangan usaha, sektor industri tumbuh melambat pada triwulan IV 2016 terutama disebabkan penurunan kinerja industri di sektor migas, seiring dengan rendahnya realisasi lifting migas.

Sementara itu, peningkatan kinerja industri pengolahan pada sektor nonmigas masih belum mampu mendongkrak kinerja industri pengolahan Kaltimra secara keseluruhan.

Dari sisi pengeluaran, penurunan konsumsi pemerintah dan perlambatan kinerja net ekspor antar daerah menjadi penyebab ekonomi Kaltimra yang tumbuh lebih rendah pada triwulan IV 2016.

Konsumsi pemerintah Kaltim terkontraksi pada triwulan IV 2016 sehingga memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dua provinsi ini.

"Sama halnya dengan sektor administrasi pemerintahan, kebijakan efisiensi anggaran menjadi penyebab utama menurunnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2016," ujar Nur.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017