Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Kabupaten Kutai Barat ditargetkan sebanyak 750 ekor sapi bunting pada Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting atau "Upsus Siwab" pada 2017 di Provinsi Kalimantan Timur yang totalnya terdapat 19.000 ekor.

"Untuk Kabupaten Kutai Barat ditargetkan terdapat 750 ekor sapi yang wajib bunting melalui kawin suntik atau inseminasi buatan, dari total 2.365 ekor populasi sapi betina produktif di daerah itu," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kaltim Dadang Sudarya di Samarinda, Jumat.

Ia menjelaskan pelaksanaan koordinasi dan pengawalan Upsus Siwab di Kabupaten Kutai Barat telah berlangsung pada 15 Maret 2017, berupa koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan Upsus Siwab serta inseminasi buatan kepad petugas dan dokter hewan/medik veteriner.

Dalam sosialisasi itu sekaligus dibahas mengenai sejumlah langkah operasional pelaksanaan kegiatan di lapangan, pelaporan, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

"Pada pertemuan itu, diperoleh kesimpulan bahwa kondisi geografis yang berat di Kutai Barat menjadi tantangan tersendiri bagi petugas di lapangan, karena di kabupaten itu masih minim sarana dan prasarana pendukung, termasuk ketersediaan hijauan pakan," ujar Dadang.

Terkait dengan itu, lanjut Dadang, diperlukan upaya sungguh-sungguh dari Pemkab Kutai Barat agar target 750 ekor sapi bunting pada program Upsus Siwab bisa berhasil.

Tantangan lainnya yang dihadapi di Kutai Barat adalah kurangnya sumber daya manusia bidang peternakan, baik petugas IB, asisten teknis reproduksi, pemeriksaan kebuntingan, dan dokter hewan/medik veteriner.

"Kendala lain yang terjadi saat ini juga menyangkut anggaran sebagai dana pendampingan dari APBD Kabupaten Kutai Barat," tambahnya.

Ke depan, Dadang juga berharap pada pelaksanaan inseminasi buatan ada data lengkap mengenai status reproduksi akseptor, kualitas, dan penanganan semen beku, ketersediaan semen beku dan N2 cair, kompetensi petugas, termasuk deteksi birahi dari pemilik ternak.

"Percepatan populasi sapi melalui Upsus Siwab dilakukan melalui manajemen reproduksi, yakni pemeriksaan status reproduksi, pelayanan inseminasi buatan, pemenuhan semen beku dan N2 cair, pengendalian betina produktif, dan pemenuhan hijauan pakan ternak serta konsentrat," ujar Dadang. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017