Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur mengingatkan Pemprov Kaltim akan risiko perkembangan ekonomi 2017, baik dari sisi harga komoditas internasional, pembiayaan pembangunan, maupun tekanan inflasi yang bisa meningkat.

"Pertumbuhan Ekonomi Kaltim pada tahun 2015 minus 1,21 persen, kemudian pada tahun 2016 mengalami penaikan tetapi masih minus 0,38 persen sehingga pada tahun ini harus waspada karena dibayang-bayangi sejumlah risiko," kata Kepala BI Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Sabtu.

Risiko yang masih membayangi pergerakan ekonomi Kaltim adalah perbaikan harga komoditas internasional yang terjadi saat ini diperkirakan masih bersifat temporer, belum ada tanda mengarah pada fundamental.

Kondisi itu terjadi mengingat relaksasi (pengenduran) kebijakan impor batu bara oleh Tiongkok bakal mengurangi ekspor batu bara dari Kaltim ke negara tersebut sehingga penghasilan dari ekspor Kaltim bisa menurun.

Begitu pula, dengan kebutuhan batu bara di India yang selama ini juga banyak mengimpor dari Kaltim. Namun, kini sudah mampu dipenuhi oleh produsen domestik negara tersebut sehingga pasar batu bara dari Kaltim otomatis berkurang.

Sebelumnya, saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Ekonomi Kaltim dan Kaltara di Kantor BI Kaltim, beberapa hari lalu, Nur mengatakan bahwa risiko laiannya yang bakal membayangi adalah dari sisi pembiayaan pembangunan ekonomi Kaltim yang masih terbatas.

Risiko itu terjadi karena kebijakan efisiensi anggaran yang menggerus kemampuan fiskal Kaltim, kemudian tingginya risiko kredit sehingga menyebabkan perbankan lebih selektif dalam menggulirkan pembiayaan bagi pelaku usaha sektor riil.

Risiko lainnya adalah tekanan inflasi yang dimungkinkan naik akibat penghapusan subsidi listrik golongan pelanggan 900 VA yang akan memberikan tekanan inflasi, termasuk penaikan harga BBM setelah membaiknya harga minyak di tingkat dunia.

Meskipun demikian, kata Nur, pertumbuhan ekonomi Kaltim juga masih memiliki peluang, seperti ekspor batu bara ke Afrika Selatan yang terkonsentrasi melayani permintaan di negara-negara Afrika. Pasar batu bara di Asia terbuka kembali bagi Indonesia sehingga Kaltim yang masih mengandalkan batu bara juga akan mendapat peluang ekspor.

Peluang lainnya adalah adanya peningkatan investasi swasta, yakni rencana peningkatan kapasitas kilang minyak Refinery Unit V oleh PT Petamina (Persero) yang berlangsung 3 tahun sejak 2017 hingga 2019.

Terkait dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30/2016 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi yang kontrak kerja samanya akan berakhir sehingga mampu mendorong investasi di Blok Mahakam selama masa transisi ini.

"Peluang lainnya adalah terdapat 20 pabrik industri kelapa sawit baru yang beroperasi pada tahun 2017 dengan total kapasitas 885 ton tandan buah segar (TBS) per jam sehingga kapasitanya akan terdongkrak 21 persen yang tentunya mampu menggairahkan perekonomian daerah," ucap Nur.(*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017