Samarinda (ANTARA Kaltim) - Komunitas penggiat kebersihan Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, sedang merancang konsep "SKM Center" dengan tujuan utama untuk menjaga, merawat, dan mengembalikan fungsi sungai seperti semula.
"Sekarang kami sudah mendapatkan gubuk kontrakan di pinggir SKM, tepatnya di Muang Hilir, Kecamatan Samarinda Utara. Lokasi inilah yang segera dijadikan SKM Center," ujar Koordinator Umum Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda Yustinus Sapto Hardjanto di Samarinda, Senin.
Menurut ia, gubuk tersebut sudah dikontrak dua tahun dengan harapan bisa menjadi titik awal dari upaya menjadikan jalur hijau yang benar-benar hijau, bukan jalur hijau yang hanya ada di tumpukan kertas maupun hanya terdengar dari pidato.
Konsep ini juga merupakan bagian dari Sekolah Karang Mumus yang pernah diterapkan di sejumlah sekolah, walaupun konsep Sekolah Karang Mumus hingga kini masih terus dilakukan perbaikan, mengingat kurikulum riil untuk pendidikan sungai belum ada.
Menurut Yustinus, fungsi utama sungai yang ingin dikembalikan meliputi aspek ekologi, hidrologi, sosial, ekonomi, dan kebudayaan, mengingat SKM awalnya menjadi sumber kehidupan sekaligus jalur transportasi warga yang dulunya rumah mereka menghadap sungai, bukan membelakangi sungai setelah modern seperti sekarang.
"Keberadaan SKM Center diharapkan menjadi pusat informasi bagi kegiatan yang telah, sedang, maupun program jangka menengah dan jangka panjang komunitas GMSS-SKM, sebagai pusat pengembangan desa wisata dan wisata sungai," tambahnya.
Kemudian sebagai pusat pembibitan tanaman spesies lokal SKM, sebagai laboratorium Sekolah Karang Mumus, sebagai demplot penghijauan jalur hijau yang merupakan wilayah sungai atau daerah aliran sungai (DAS), sekaligus sebagai ruang pendidikan publik mengenai cara yang benar merawat dan memperlakukan sungai.
Sedangkan prinsip yang ditegakkan dalam pengembangan Karang Mumus Center, lanjutnya, antara lain mengembalikan wilayah sungai kepada sungai, memanfaatkan sebaik mungkin curah hujan, menjadikan wilayah sungai yang ramah sebagai habitat ciptaan Tuhan, dan menerapkan konsep trap terhadap air hujan.
Konsep trap merupakan pengelolaan air hujan sebagai sumber air bersih, sedangkan limpahannya akan dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui sumur resapan, termasuk pohon peresap hujan sehingga siklus air hujan tetap terjaga.
"Di area Karang Mumus Center akan ada pondok terbuka sebagai pendidikan, bank bibit, alat peraga simulasi ecohidrolika, instalasi penerapan konsep trap, pengolahan limbah cair rumah tangga, komposter rumah tangga, instalasi pengolahan air sebagai sumber air bersih, dan akan ada ruang pajangan produk komunitas," tuturnya.
Ia juga mengatakan dalam konsep bank bibit, prinsip yang diterapkan adalah menanam bijih, bukan tanam pohon.
Sedangkan bijih yang akan ditanam adalah spesies SKM yang akan berfungsi merestorasi rantai makanan atau pasokan nutrisi bagi habitat perairan dan daratan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Sekarang kami sudah mendapatkan gubuk kontrakan di pinggir SKM, tepatnya di Muang Hilir, Kecamatan Samarinda Utara. Lokasi inilah yang segera dijadikan SKM Center," ujar Koordinator Umum Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda Yustinus Sapto Hardjanto di Samarinda, Senin.
Menurut ia, gubuk tersebut sudah dikontrak dua tahun dengan harapan bisa menjadi titik awal dari upaya menjadikan jalur hijau yang benar-benar hijau, bukan jalur hijau yang hanya ada di tumpukan kertas maupun hanya terdengar dari pidato.
Konsep ini juga merupakan bagian dari Sekolah Karang Mumus yang pernah diterapkan di sejumlah sekolah, walaupun konsep Sekolah Karang Mumus hingga kini masih terus dilakukan perbaikan, mengingat kurikulum riil untuk pendidikan sungai belum ada.
Menurut Yustinus, fungsi utama sungai yang ingin dikembalikan meliputi aspek ekologi, hidrologi, sosial, ekonomi, dan kebudayaan, mengingat SKM awalnya menjadi sumber kehidupan sekaligus jalur transportasi warga yang dulunya rumah mereka menghadap sungai, bukan membelakangi sungai setelah modern seperti sekarang.
"Keberadaan SKM Center diharapkan menjadi pusat informasi bagi kegiatan yang telah, sedang, maupun program jangka menengah dan jangka panjang komunitas GMSS-SKM, sebagai pusat pengembangan desa wisata dan wisata sungai," tambahnya.
Kemudian sebagai pusat pembibitan tanaman spesies lokal SKM, sebagai laboratorium Sekolah Karang Mumus, sebagai demplot penghijauan jalur hijau yang merupakan wilayah sungai atau daerah aliran sungai (DAS), sekaligus sebagai ruang pendidikan publik mengenai cara yang benar merawat dan memperlakukan sungai.
Sedangkan prinsip yang ditegakkan dalam pengembangan Karang Mumus Center, lanjutnya, antara lain mengembalikan wilayah sungai kepada sungai, memanfaatkan sebaik mungkin curah hujan, menjadikan wilayah sungai yang ramah sebagai habitat ciptaan Tuhan, dan menerapkan konsep trap terhadap air hujan.
Konsep trap merupakan pengelolaan air hujan sebagai sumber air bersih, sedangkan limpahannya akan dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui sumur resapan, termasuk pohon peresap hujan sehingga siklus air hujan tetap terjaga.
"Di area Karang Mumus Center akan ada pondok terbuka sebagai pendidikan, bank bibit, alat peraga simulasi ecohidrolika, instalasi penerapan konsep trap, pengolahan limbah cair rumah tangga, komposter rumah tangga, instalasi pengolahan air sebagai sumber air bersih, dan akan ada ruang pajangan produk komunitas," tuturnya.
Ia juga mengatakan dalam konsep bank bibit, prinsip yang diterapkan adalah menanam bijih, bukan tanam pohon.
Sedangkan bijih yang akan ditanam adalah spesies SKM yang akan berfungsi merestorasi rantai makanan atau pasokan nutrisi bagi habitat perairan dan daratan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017