Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Pembangunan Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam, Kalimantan Timur, ditargetkan tuntas pada akhir 2018, meskipun untuk pembayaran kontraknya baru bisa diselesaikan pada 2019.

"Kalau untuk pembangunan jembatan pada bentang pendek yang dananya dari APBD Provinsi Kaltim sudah selesai, sekarang kita tinggal melanjutkan yang bentang panjang dari dana APBN senilai Rp1,3 triliun," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kaltim M Taufiq Fauzi di Samarinda, Sabtu.

Dana dari APBN sebesar itu dibayar dengan pola kontrak tahun jamak (mutli years contract) dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil, sementara untuk pekerjaannya terus berlanjut sehingga target tuntasnya pada akhir 2018.

"Target penuntasan Jambatan Pulau Balang ini sama dengan pembangunan Jembatan Kembar di Samarinda, yakni dibayar mencicil pola MYC dengan pekerjaan terus berlanjut meskipun pembayarannya masih diproses karena dicicil," katanya.

Ia menjelaskan segmen 1 Jembatan Pulau Balang telah tuntas dibangun pada 2015 lalu dengan anggaran APBD Provinsi Kaltim senilai Rp425 milliar.

Di segmen ini terdapat lima tiang pancang yang telah berdiri dan empat tiang di antaranya berada di perairan, sedangkan satu tiang pancang lainnya di bagian darat.

Menurut Taufik, pembangunan jembatan ini merupakan kebutuhan mendesak untuk mempercepat arus orang dan barang, mengingat selama ini setiap kendaraan baik dari Samarinda atau Balikpapan yang ingin ke Penajam dan melanjutkan perjalanan baik ke Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, bahkan Kalimantan Barat harus melalui kapal penyeberangan feri.

Untuk naik kapal feri yang melintasi teluk Balikpapan, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk menyeberang sehingga hal ini tidak efisien dari sisi ekonomi, karena selain banyak waktu yang terbuang di atas feri juga mengakibatkan biaya tinggi.

Diharapkan setelah berfungsinya Jembatan Pulau Balang, jangka waktu perjalanan baik dari Kalsel ke Kaltim maupun sebaliknya bisa lebih cepat dan lebih murah, sehingga biaya angkut berbagai komoditas juga lebih murah yang kemudian berdampak pada harga jual komoditas kepada konsumen tidak terlalu tinggi, tambahnya. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017