Penajam (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menemukan sebanyak 500 kasus malaria selama periode Januari-Oktober 2016.

"Dengan temuan itu, wilayah Penajam Paser Utara masih endemis terhadap penyebaran penyakit malaria," kata Pengelola Program Malaria Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara Sarjito Ponco Waluyo, ketika ditemui di Penajam, Senin.

Jika melihat temuan kasus selama 10 bulan terakhir tersebut, dia memprediksi kasus malaria di wilayah Penajam Paser Utara berpotensi meningkat dibanding 2015 yang ditemukan sebanyak 699 kasus.

Data Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat daerah endemis atau rawan malaria di wilayah Puskesmas Sotek, Kecamatan Penajam, di mana sekitar 95 persen kasus malaria ditemukan di wilayah tersebut, khususnya di daerah perkebunan kelapa sawit.

"Penyebaran malaria di wilayah Puskesmas Sotek mencapai 470 kasus atau sekitar 95 persen dari total kasus malaria yang terjadi di wilayah Penajam Paser Utara Januari-Oktober 2016 yang mencapai 500 kasus," ungkap Ponco Waluyo.

Dia mengungkapkan maraknya aktivitas penebangan pohon dan pembakaran lahan yang dilakukan perusahaan maupun masyarakat menjadi salah satu pemicu meningkatnya kasus malaria di daerah itu.

Selain itu, penyebab utama tingginya penyebaran malaria di wilayah Sotek, Kecamatan Penajam, tersebut karena banyaknya pekerja baru atau warga pendatang dari luar Kabupaten Penajam Paser Utara, katanya.

"Banyaknya pendatang dan adanya penebangan pohon di daerah itu, dapat berisiko terjadi peningkatan kasus malaria," ujarnya.

Daerah lainnya di wilayah Penajam Paser Utara yang memiliki kerawanan tinggi terhadap penyebaran malaria berada di area perusahaan perkebunan.

Sebagai upaya menekan kasus malaria tersebut, kata Ponco Waluyo, Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara melakukan pengobatan massal, terutama di daerah endemis malaria.

"Kami imbau masyarakat melakukan pola hidup bersih dan mamasang kelambu untuk menekan penyebaran penyakit malaria," ucapnya. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016