LAHAN gambut yang luas dan subur, dengan hasil alam cukup melimpah diantaranya bermacam hasil hutan, hingga potensi perikanan rawa, seharusnya dapat membuat warga dusun Ketibeh Desa Enggelam di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, hidup tenang dan berkecukupan.

Tak hanya itu, letak Enggelam yang berada di sekitar Danau Melintang, dengan pemandangan hijau khas tumbuh-tumbahan rawa dengan berbagai macam fauna hidup disekitarnya, membuat dusun berpenghuni sekitar 900 jiwa yang mayoritas suku Dayak Tunjung itu juga memiliki panorama indah.

Namun sayang, potensi alam desa seluas 368 kilo meter persegi dengan budaya khas Tunjung tersebut seakan terabaikan dan tidak dimanfaatkan dengan baik menjadi penunjang hidup warganya.

Pasalnya, Enggelam terlebih dusun Ketibeh sulit untuk dijangkau karena tak ada infrastruktur jalan yang memadai.

Selama ini, untuk menginjakkan kaki di Ketibeh harus menyusuri rawa dan danau dengan perahu bermotor dari Muara Enggelam dengan waktu tempuh lebih kurang tiga jam.

Jika tak ingin melalui transportasi air, bisa melalui jalan darat sekitar 80 kilometer jauhnya.

Hal tersebut membuat biaya keluar atau masuk Dusun Ketibeh menjadi tidak murah, bahkan dikatakan warga setempat sangat mahal.

"Mati kami pak kalau sering keluar masuk kampung ini, karena ongkos ces ke Kota Bangun sudah Rp500 ribu," ujar Elek yang merupakan Kepala Dusun Ketibeh.

Karena masih terisolasi itu, warga Ketibeh terpaksa rela bertahan hidup seadanya.

Walaupun mereka bisa memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam, tetapi bagaimana bisa menjual hasil buminya keluar dari Ketibeh.

Keluhan warga Ketibeh itu sudah didengar oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari berupaya melakukan berbagai terobosan, demi mempercepat pembangunan diwilayah terpencil, seperti Ketibeh.

Pada beberapa kesempatan, Rita menyampaikan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tak sebanding dengan luasnya wilayah Kutai Kartanegara yang mencapai 27 ribu kilo meter persegi atau 40 kali lipatnya Jakarta dan 160 kali lipat Kota Solo, Jawa Tengah.

"Maka kami mencari berbagai terobosan untuk membuka isolir wilayah terpencil, salah satunya melalui kerjasama dengan TNI atau Kodim 0906 Tenggarong," ujar Rita, pekan lalu.

Berdasarkan hasil tinjauan di lapangan guna menjawab aspirasi masyarakat Desa Enggelam Dusun ketibeh, Rita berkoordinasi dengan Kodim 0906 Tenggarong untuk melakukan pembangunan infrastruktur Ketibeh.

"Alhamdulillah, niat dan tujuan kami membuka isolir Ketibeh terjawab dengan program TNI manunggal membangun desa atau TMMD, yang mana TNI selaku pelaksana pembangunan di desa sedangkan Pemkab Kutai Kartanegara sebagai penopang biaya yang disalurkan melalui hibah melalui APBD 2016," ujarnya.

Dalam pelaksananaanya, TMMD ke-97 tahun 2016 berjalan selama 1 bulan, terhitung sejak tanggal 20 september sampai dengan 20 Oktober, dengan melibatkan sebanyak 110 personel, terdiri Batalyon Armed, Lanal, Rudal dan tentunya anggota kodim 0906 Tenggarong sendiri.

Komandan Kodim 0906 Tenggarong, Letkol Kav Ari Pramana Sakti mengatakan, pelaksanaan TMMD di Dusun Ketibeh terbagi menjadi dua sasaran, yaitu sasaran fisik dan non fisik.

Sasaran fisik yang dimaksud Ari dalah pembuatan jalan dari Desa Lamin Pulut Kecamatan Kenohan ke Dusun Ketibeh sepanjang 17 kilometere.

Jalan tembus tersebut memangkas jarak dari awalnya 80 kilometer menjadi 22 kilometer.

Selanjutnya, pembangunan jembatan ulin Dusun Ketibeh dengan panjang 350 meter dan lebar 4 meter, kemudian pembuatan empat jembatan  penghubung.

Selain itu, TNI juga melakukan rehab sekolah dan perbaikan rumah ibadah.

Sedangkan sasaran nonfisik, TNI bersama "stakeholder" melakukan penyuluhan pertanian dalam arti luas, pengobatan masal, penyuluhan bahaya narkoba dan pembekalan mental spritual kepada masyarakat Ketibeh.

"Selain membantu membangun infrastrukur, tujuan kami juga ikut meningkatkan sumberdaya manusia dan mencerdaskan anak bangsa di Ketibeh serta membangun semangat warga untuk berusaha dalam mengisi kemerdekaan ini," ujarnya.  

Sebagi perwujudan manunggal bersama rakyat, personel TMMD membaur dan menginap di rumah warga Ketibeh, sekaligus diharapkan dapat membenahi rumah warga jika ditemukan suatu hal yang belum layak dirumah tersebut.

Pada pelaksanaanya, personel TMMD juga dibantu oleh masyarakat setempat yang bergotong-royong membangun jalan dan jembatan, maupun perbaikan sekolah dan rumah ibadah.

Warga setempat juga membantu keperluan TNI di lapangan, baik peralatan, akomodasi, hingga memasak di dapur umum.  

Sebagai bentuk dukungan terhadap TMMD, Kepala Desa Enggelam Sinyeng mengerahkan warganya yang antusias membantu membangun jalan tembus bersama personel TNI.

Jalan tembus yang dibangun TMMD menjadi harapan baru bagi warga sekitar karena sebelumnya, penyaluran logistik ke desa mereka sangat sulit karena jauh dan mahal, belum lagi jalan yang dilalui itu berlumpur dan sebagian menyusuri kepingan papan kayu, sehingga sepeda motor kerap tergelincir.

"Jalan baru ini menjadi harapan membuka isolasi desa kami, sehingga kebutuhan warga lebih mudah masuk dan kami juga bisa mengembangkan usaha. Hal seperti ini memang menjadi impian kami sejak lama," harap seorang warga, Sinyeng.

Kini, setelah hampir satu bulan, pembangunan infrastruktur TMMD di Enggalam tinggal tahap penyelesaian saja.

Ke depan, warga diharapkan tidak lagi kesulitan atau mengeluarkan biaya banyak untuk keluar masuk Enggelam maupun dusun Ketibeh.

Melalui program TMMD tersebut, menjadi bukti bahwa TNI yang berakar dari rakyat, kemudian bersama-sama rakyat pula dalam membangun untuk kemakmuran rakyat.

Sehingga, masyarakat merasakan bahwa TNI menjadi bagian dari rakyat, sebagai perwujudan manunggal TNI dengan masyarakat.     (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016