Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan "membangunkan" lahar tidur
seluas empat juta hektare pada 2017 dengan membangun embung-embung di
seluruh Indonesia.
"Baru saja kami mendapat arahan dari Bapak Presiden sehubungan dengan irigasi dan masalah pangan," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Ia bersama sejumlah menteri antara lain Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri LHK Siti Nurbaya, Mendag Enggartiasto Lukito, melaporkan harga pangan saat ini relatif stabil.
"Untuk irigasi kita merencanakan pembangunan embung pada lahan seluas 3,9 juta hektare karena selama ini areal itu adalah tadah hujan yang produktif hanya enam bulan," kata Amran.
Ia menyebutkan selama enam bulan, lahan itu produktif dan enam bulan berikutnya istirahat. "Saat musim kering, petani tidur, lahan juga tidur. Ini kita bangunkan dengan membangun embung-embung," katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya bersinergi dengan Kemen-PUPR, Kemen-BUMN, Kemendes dan PDT dan Kemendag. "Itu kita rancang untuk tahun depan," katanya.
Ia menyebutkan total dana yang dibutuhkan sekitar Rp22 triliun, yang berasal dari APBN 2017 untuk Kementan, Kemen-PUPR, Kemendes dan PDT.
"Lokasi pembangunan embung nanti di daerah tadah hujan yang sekitar empat juta hektare itu. Di Pulau Jawa ada sekitar satu juta hektare yang tidak ada irigasi teknisnya," katanya.
Selain itu di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Pembangunan embung akan menyebar di 3,9 juta hektare lahan tadah hujan di seluruh Indonesia, termasuk Papua dan Indonesia Timur lainnya.
Ketika ditanya berapa target peningkatan produksi beras, Mentan mengatakan pembangunan embung menyangkut indeks pertanaman yang biasanya tanam sekali dalam setahun menjadi dua kali.
"Kalau empat juta hektare ini bisa dimaksimalkan menjadi dua kali panen, artinya sama dengan membangun sawah dua juta hektare karena ada masa tidak produktif selama enam bulan," katanya.
Ia menyebutkan dengan adanya pasokan air dari embung maka akan ada kehidupan. "Padinya bisa tumbuh, juga ada jagung, kedelai, juga membantu peternakan ayam, kerbau, sapi dan lainnya, yang jelas ada kehidupan karena ada air," kata Amran Sulaiman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Baru saja kami mendapat arahan dari Bapak Presiden sehubungan dengan irigasi dan masalah pangan," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Ia bersama sejumlah menteri antara lain Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri LHK Siti Nurbaya, Mendag Enggartiasto Lukito, melaporkan harga pangan saat ini relatif stabil.
"Untuk irigasi kita merencanakan pembangunan embung pada lahan seluas 3,9 juta hektare karena selama ini areal itu adalah tadah hujan yang produktif hanya enam bulan," kata Amran.
Ia menyebutkan selama enam bulan, lahan itu produktif dan enam bulan berikutnya istirahat. "Saat musim kering, petani tidur, lahan juga tidur. Ini kita bangunkan dengan membangun embung-embung," katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya bersinergi dengan Kemen-PUPR, Kemen-BUMN, Kemendes dan PDT dan Kemendag. "Itu kita rancang untuk tahun depan," katanya.
Ia menyebutkan total dana yang dibutuhkan sekitar Rp22 triliun, yang berasal dari APBN 2017 untuk Kementan, Kemen-PUPR, Kemendes dan PDT.
"Lokasi pembangunan embung nanti di daerah tadah hujan yang sekitar empat juta hektare itu. Di Pulau Jawa ada sekitar satu juta hektare yang tidak ada irigasi teknisnya," katanya.
Selain itu di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Pembangunan embung akan menyebar di 3,9 juta hektare lahan tadah hujan di seluruh Indonesia, termasuk Papua dan Indonesia Timur lainnya.
Ketika ditanya berapa target peningkatan produksi beras, Mentan mengatakan pembangunan embung menyangkut indeks pertanaman yang biasanya tanam sekali dalam setahun menjadi dua kali.
"Kalau empat juta hektare ini bisa dimaksimalkan menjadi dua kali panen, artinya sama dengan membangun sawah dua juta hektare karena ada masa tidak produktif selama enam bulan," katanya.
Ia menyebutkan dengan adanya pasokan air dari embung maka akan ada kehidupan. "Padinya bisa tumbuh, juga ada jagung, kedelai, juga membantu peternakan ayam, kerbau, sapi dan lainnya, yang jelas ada kehidupan karena ada air," kata Amran Sulaiman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016